25 radar bogor

Soal Bea Masuk Baja dan Alumunium, Mendag Minta Dukungan Importir

Enggartiasto Lukita
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (Dery Ridwansyah/JawaPos.com)
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (Dery Ridwansyah/JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Untuk mengamankan akses produk Indonesia ke Amerika Serikat, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menggalang dukungan dari para importir produk Indonesia ke pemerintah Amerika Serikat. Langkah ini dilakukan untuk menghadapi kenaikan tarif impor besi baja dan aluminium, serta peninjauan ulang (review) Indonesia sebagai penerima program Generalized System of Preferences (GSP) Pemerintah AS.

Selain mengagendakan pertemuan bilateral dengan Pemerintah AS, Enggar mengajak para importir komoditas Indonesia di AS untuk turut mencari solusi atas kebijakan review GSP serta kenaikan tarif baja dan alumunium karena berpotensi menganggu neraca perdagangan Indonesia–AS.

“Kenaikan bea masuk produk besi baja dan aluminium tidak hanya akan merugikan Indonesia sebagai eksportir, tetapi juga pelaku usaha AS. Karena, biaya produksi mereka akan meningkat, bahkan pasokan untuk proses produksi dapat terganggu. Akhirnya dapat merugikan daya saing perusahaan AS juga,” ujar Enggar dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (24/7).

Para importir baja AS yang hadir dalam pertemuan mengatakan kenaikan bea masuk dapat membuat produk baja impor tidak kompetitif serta menahan laju pertumbuhan industri. Mereka mengakui produk Indonesia berkualitas baik dan produk tersebut memang tidak diproduksi oleh AS. Sehingga, hal tersebut semestinya tidak menjadi ancaman bagi industri baja AS.

Keputusan pengenaan tarif impor sebesar 25 persen untuk produk baja dan 10 persen untuk produk aluminium telah ditandatangani Presiden AS Donald Trump pada 18 Maret 2018. Sementara itu, menurut Mendag Enggar, produk baja dan aluminium dari Indonesia tidak serta merta menjadi kompetitor yang secara langsung mengancam industri dalam negeri AS.

“Produk AS dan produk Indonesia dapat berperan secara komplementer di pasar AS. Hal ini sudah terlihat dari peran baja dan aluminium Indonesia yang telah menjadi bagian dalam sistem manajemen pasokan di AS,” jelasnya.

Ekspor produk besi baja Indonesia ke AS pada 2017 tercatat sebesar USD 112,7 juta atau hanya 0,3 persen pangsa pasar AS. Nilai ini disebabkan oleh penerapan bea masuk antidumping dan countervailing duty yang telah berlangsung cukup lama. Sementara, ekspor aluminium pada 2017 ke AS tercatat sebesar USD 212 juta dan pangsa pasar 1,2 persen. Bagi Indonesia, nilai ekspor tersebut berkontribusi terhadap 50 persen ekspor aluminium Indonesia ke dunia.

(uji/JPC)