25 radar bogor

Banyak Politikus Pindah Parpol, Kinerja DPR Makin Jeblok

Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai, konflik internal menjadi penyebab yang paling signifikan politikus pindah ke partai lain jelang Pemilu 2019. (JawaPos.com)
Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai, konflik internal menjadi penyebab yang paling signifikan politikus pindah ke partai lain jelang Pemilu 2019. (JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Fenomena politisi lompat pagar jelang pencalegan dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah konflik internal partai. Ditambah masalah parliamentary threshold (PT) 4 persen.

Itu diungkapkan oleh Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari. Menurutnya konflik internal menjadi penyebab yang paling signifikan politikus pindah ke partai lain jelang Pemilu 2019.

Eva menganalogikan perpindahan partai itu dengan teori migrasi. Dalam teori itu, kata Eva, orang bermigrasi karena push factor (faktor pendorong) dan pull factor (faktor penarik).

“Saya pikir konflik itu sebagai pemicu utamanya. PDIP pernah mengalami ini, tapi kemudian mereda,” kata Eva di gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/7).

Selain itu, kata Eva, masalah parliamentary threshold (PT) 4 persen juga menjadi pemicu politisi memilih pindah partai, karena khawatir parpolnya tak lolos ambang batas masuk Senayan.

Eva menceritakan, berdasar realitas yang ada, banyak rekan-rekannya di Komisi XI DPR yang pengin pindah partai. ”Bahkan ada yang pindah menjadi calon anggota DPD, daripada kehilangan kesempatan ke Senayan, ada yang pindah ke sana, ke sini,” katanya.

Persoalan lain, lanjut Eva, adalah alat peraga kampanye (APK). Menurut Eva, ini tidak hanya persoalan tawaran bendera, kaus, tapi uang pun disediakan.

“Ini bisa menjadi alasan, dan itu tampaknya menjadi faktor penarik yang cukup ampuh. Jadi, ketertarikan orang karena APK dan tentunya uang kampanye yang tidak sedikit,” ujarnya.

Eva juga menjelaskan, persoalan ideologi partai sebetulnya sudah tidak relevan menjadi faktor penyebab orang pindah partai. Menurut Eva, banyak orang pindah partai semata-mata didorong karena kebutuhan untuk bertahan di panggung berpolitik.

Imbas dari perpindahan politisi ke partai lain ini tentu saja menyebabkan terjadinya proses Pergantian Antarwaktu (PAW) di DPR. Ini juga yang menjadi salah satu penyebab lemahnya kinerja DPR.

Meskipun diakuinya, sebelum ini memang kinerja DPR sudah tidak terlalu bagus. “Saya kok skeptis, ya. Sudah lama kinerja kita (DPR) sudah tidak terlalu bagus, ya,” katanya.

Eva mencontohkan, sebelum masuk tahun politik pun, untuk memenuhi kuorum rapat-rapat di DPR saja sudah sangat berat. Nah, lanjut dia, jika dtambah dengan migrasi yang luar biasa maka kinerja DPR tambah tidak bagus.

“Jadi, (migrasi) bukan mengganggu tapi bikin tambah tidak bagus. Sudah tidak bagus, ditambah tidak bagus kinerjanya,” katanya.

Menurut dia, jika nanti PAW dipercepat, tentu anggota baru itu perlu belajar. Terlebih bagi mereka yang sebelumnya tidak pernah menjadi anggota DPR. “

Jadi, menurut saya, ini situasi betul-betul seperti learning point yang terendah dalam situasi terganggunya pileg, dan tiba-tiba ada fenomena migrasi politisi,” pungkasnya.

(aim/JPC)