CIBUBUR–RADAR BOGOR, Penumpukan kendaraan yang kerap terjadi di Jalan Alternatif Transyogi–Cibubur bukanlah tanpa sebab. Selain volume kendaraan yang terus-menerus meningkat, keberadaan U-Turn (putaran) yang berada di sepanjang jalur tersebut kerap mewarnai kemacetan arus lalu lintas.
Berdasarkan pantauan Radar Cibubur, Rabu (11/7) , terdapat lima U-Turn yang terletak di sepanjang jalur tersebut. Salah satu penyebab kemacetan terparah, ialah pada U-Turn di depan Plaza Cibubur, Jalan Alternatif Transyogi, Kecamatan Jati Sampurna, Bekasi.
Salah seorang warga, Bagus Girindra (21) mengatakan, pada perempatan lampu merah yang mengarah ke Pondok Gede Jati Sampurna tersebut kerap dipergunakan pengendara roda empat untuk memutarbalikkan kendaraannya. Rambu-rambu lalu lintas yang berada pada lokasi tersebut, bisa dikatakan tidak berfungsi. “Lampu merah nyala kendaraan juga masih tetap melintas, terus kendaraan yang mengantre harus menunggu mobil lain yang memutar balik,” tuturnya.
Bagus menjelaskan, faktor penyebab kemacetan lainnya ialah banyaknya juru parkir (pak ogah) yang mengarahkan kendaraan untuk berputar seenaknya. Lanjutnya, seharusnya ada penindakan lebih lanjut dari pihak berwenang dalam penyelenggaraan lalu lintas. “Hampir di semua putar balik atau U-Turn ada pak ogah, yang mengizinkan kendaraan putar balik sembarangan. Polisi tolong ditindak dong, jalan alternatif ini luas tapi gak pernah lepas dari macet,” keluhnya.
Senada diungkapkan Dimas (32). Kemacetan pada jalur tersebut, menurutnya masih menjadi gangguan utama pada Jalur Alternatif Transyogi– Cibubur. Ketika dirinya hendak berangkat bekerja, penumpukan kendaraan sering terlihat pada sejumlah titik di jalur tersebut. “Metland, flyover Cileungsi dan Perumahan Duta, saya kira penyebabnya itu angkot nakal yang sering mangkal dan menaikturunkan penumpang sembarangan,” tuturnya.
Dimas menjelaskan, sekitar pukul 16.00, penumpukan kendaraan dipastikan terjadi. Kemacetan tersebut juga selalu menyita waktu bagi pengendara yang melintasi jalur tersebut. “Macet di sini bisa sampai malem, sekitar jam 20.00. Mungkin juga karena jam orang pulang kerja dan pakai mobil pribadi dari arah GT Cibubur masuk ke Cileungsi,” ujarnya.
Pengamat transportasi Budi Arif mengatakan, pemerintah harus tahu bahwa kawasan Cibubur merupakan daerah yang tingkat sosial ekonominya golongan menengah ke atas. Sehingga, setiap warga pada kawasan tersebut dipastikan memiliki kendaraan yang bergerak dari Cibubur ke Jakarta.
“Volume kendaraan tentu tinggi, karena kan punya mobil semua. Pastinya U-Turn tersebut bermasalah, karena ketika ada yang putar balik akan terjadi bottleneck atau penyempitan jalur,” katanya.
Selain keberadaan U-Turn yang tidak pas penempatannya, kata Budi, salah satu penyebab lain ialah angkot yang kerap kali mengetem pada persimpangan. Menurut Budi, pemerintah harus segera mengubah sistem angkutan perkotaan. Saat ini, angkot pun wajib berbadan hukum yaitu UU Nomor 22 Tahun 2009 perihal memudahkan pengontrolan terhadap angkutan umum agar tidak dimiliki pribadi.
“UU ini dibentuk supaya angkutan berada di dalam organisasi yang punya tanggung jawab. Kita ambil contoh bus punya waktu jadwal jelas, seperti Cibubur City konsepnya point to point busnya. Kalau angkot kan trayek, jalur itu kan sebenarnya hanya untuk menarik demand sesuai tujuan penumpang,” pungkasnya.(cr2/c)