25 radar bogor

U-Turn Bikin Macet Makin Lama

ilustrasi
ilustrasi

CIBUBUR–RADAR BOGOR, Penumpukan kendaraan yang kerap terjadi di Jalan Alternatif Transyogi–Cibubur bukanlah tanpa sebab. Selain volume ken­daraan yang terus-menerus meningkat, keberadaan U-Turn (putaran) yang berada di sepanjang jalur tersebut kerap mewarnai kemacetan arus lalu lintas.

Berdasarkan pantauan Radar Cibubur, Rabu (11/7) , terdapat lima U-Turn yang terletak di sepanjang jalur tersebut. Salah satu penyebab kemacetan terparah, ialah pada U-Turn di depan Plaza Cibubur, Jalan Alternatif Transyogi, Kecamatan Jati Sampurna, Bekasi.

Salah seorang warga, Bagus Girindra (21) mengatakan, pada perempatan lampu merah yang mengarah ke Pondok Gede Jati Sampurna tersebut kerap dipergunakan pengendara roda empat untuk memu­tar­balikkan kendaraannya. Ram­bu-rambu lalu lintas yang bera­da pada lokasi tersebut, bi­sa dikatakan tidak berfungsi. “Lampu merah nyala kenda­raan juga masih tetap melin­­tas, terus kendaraan yang me­ngantre ha­rus menunggu mo­bil lain yang memutar ba­lik,” tuturnya.

Bagus menjelaskan, faktor penyebab kemacetan lainnya ialah banyaknya juru parkir (pak ogah) yang mengarahkan kendaraan untuk berputar seenaknya. Lanjutnya, se­ha­rus­nya ada penindakan le­bih lanjut dari pihak berwenang dalam penyelenggaraan lalu lin­tas. “Hampir di semua pu­tar ba­lik atau U-Turn ada pak ogah, yang mengizinkan ken­daraan pu­­tar balik sembara­ngan. Polisi tolong ditindak dong, jalan alternatif ini luas tapi gak per­nah lepas dari macet,” keluhnya.

Senada diungkapkan Dimas (32). Kemacetan pada jalur tersebut, menurutnya masih menjadi gangguan utama pada Jalur Alternatif Transyogi– Cibubur. Ketika dirinya hendak berangkat bekerja, penumpu­kan kendaraan sering terlihat pada sejumlah titik di jalur tersebut. “Metland, flyover Cileungsi dan Perumahan Duta, saya kira penyebabnya itu angkot nakal yang se­ring mangkal dan menaikturun­kan penumpang sembara­ngan,” tuturnya.

Dimas menjelaskan, sekitar pukul 16.00, penumpukan kendaraan dipastikan terjadi. Kemacetan tersebut juga selalu menyita waktu bagi pengendara yang melintasi jalur tersebut. “Macet di sini bisa sampai ma­lem, sekitar jam 20.00. Mung­kin juga karena jam orang pu­lang kerja dan pakai mobil pribadi dari arah GT Cibubur masuk ke Cileungsi,” ujarnya.

Pengamat transportasi Budi Arif mengatakan, pemerin­tah harus tahu bahwa kawa­san Cibubur merupakan daerah yang tingkat sosial ekonomi­nya golongan menengah ke atas. Sehingga, setiap warga pada kawasan tersebut dipastikan memiliki kendaraan yang ber­gerak dari Cibubur ke Jakarta.

“Volume ken­daraan tentu tinggi, karena kan punya mobil semua. Pastinya U-Turn tersebut bermasalah, karena ketika ada yang putar balik akan terjadi bottleneck atau penyempitan jalur,” katanya.

Selain keberadaan U-Turn yang tidak pas penempatannya, kata Budi, salah satu penyebab lain ialah angkot yang kerap kali mengetem pada persimpa­ngan. Menurut Budi, pe­me­rintah harus segera mengubah sistem angkutan perkotaan. Saat ini, angkot pun wajib berbadan hukum yaitu UU Nomor 22 Tahun 2009 perihal memu­dahkan pengon­trolan terhadap angkutan umum agar tidak dimiliki pribadi.

“UU ini diben­tuk su­paya angkutan berada di dalam organisasi yang punya tang­gung jawab. Kita ambil con­toh bus punya waktu jadwal je­las, seperti Cibubur City konsep­nya point to point busnya. Ka­lau angkot kan trayek, jalur itu kan sebenarnya hanya un­tuk menarik demand sesuai tu­­juan penumpang,” pungkas­nya.(cr2/c)