25 radar bogor

Minta Makam Jadi Cagar Budaya

KERAMAT: Makam Embah Uyut di Jalan Kranggan Jatisampurna menjadi sasaran peziarah.
KERAMAT: Makam Embah Uyut di Jalan Kranggan Jatisampurna menjadi sasaran peziarah.

CIBUBUR–RADAR BOGOR, Tradisi ziarah atau dalam istilah lain nyekar kubur, sebenarnya terjadi ketika Islam mulai berkembang di Nusantara. Beberapa tempat, seperti makam nenek moyang atau tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh juga menjadi incaran bagi masyarakat untuk berziarah.

Seperti, Keraton Pasarean Selamiring Embah Uyut Krang­gan di Jalan Al Kranggan, Kecamatan Jatisam­purna, juga turut menjadi salah satu lokasi masyarakat untuk me­laksanakan tradisi nyekar.

Menurut Abdulah (45), pe­dagang sekaligus penunggu makam, satu minggu usai hari raya, makam Embah Uyut kerap diserbu para peziarah. Para pengunjung yang datang juga berasal dari berbagai daerah, seperti Tangerang, Jakarta, dan Bekasi.

“Embah Uyut ini orang berpe­ngaruh sekaligus pendahulu di wilayah Kranggan, meski bukan keluarga peziarah juga meng­hargai keberadaannya hingga sekarang,” tuturnya.

Kang Dul –sapaan akrabnya– menjelaskan, daya tampung pengunjung makam Embah Uyut mencapai 2.000 orang. Kebanyakan para pe­ziarah yang datang memohon doa restu kepada nenek Embah Uyut.

“Setiap tahun Lebaran pas­ti ramai. Selama satu minggu usai Lebaran pasti ramai, dan datang secara bergiliran,” ujarnya.
Namun, keberadaan dari makam Embah Uyut ini tidak terlihat dalam peta sebagai salah satu cagar budaya yang kerap disambangi masyarakat. Menurut Dul, hal itu cukup disayangkan.

“Pemerintah memang me­ngurus makam embah, tapi kalau bisa dijadikan cagar bu­daya juga. Karena di sini pun me­nyimpan banyak sejarah, khususnya warga Jatisampurna,” pungkasnya.(cr2/c)