25 radar bogor

Ponpes Nurul Imdad, Babakan Fakultas Dramaga, Mengaji Kitab bersama Alumni

TELAAH: Para santri dengan berbagai jenjang pendidikan saat mengaji bersama ustaz yang juga alumni pesantren.
TELADANI: Mengaji di depan makam sesepuh yang juga kiai pendiri Nurul Imdad.

Metode pengajaran Pondok Pesantren Nurul Imdad seperti pada umumnya, namun tidak ada sistem sorogan yang dilaku­kan perorangan. Acara pengajiannya pun menyesuaikan dengan kegiatan anak-anak.

Lantaran para santri di sini ada yang kuliah atau sekolah, jadi, pengajian itu dilaksanakan setelah magrib. Dilanjutkan dengan zikir, dan bacaan-bacaan rutin sampai isya. Pengajian pun hanya berlang­sung sampai jam sembilan malam.

Pasalnya, anak-anak memiliki tugas kuliah atau sekolah masing-masing. Kemudian ada lagi nanti setelah subuh sampai jam setengah tujuh. Lalu, anak-anak berangkat sekolah, kuliah, bahkan bekerja.

“Jadi, saat siang hari nyaris tidak ada kegiatan di sini,” beber salah satu penerus Ponpes Nurul Imdad, Ustaz Wahid.

Wahid melanjutkan, karena santri yang sekolah dan kuliah juga tidak libur, maka pengajian di bulan Ramadan dimulai sehabis ashar. Kalau pengajian habis subuh itu dua kitab, juga dua pengajar. Mereka dari alumni pesantren ini yang sekarang sudah membuka pesantren di daerah masing-masing, datang ke sini untuk mengajar. Tentu saja semua itu sudah terjadwal dengan baik.

Masih kata Wahid, alumni itu ada yang dari Cikarang, Cibarusah, Babakanmadang, Parung, Ciawi, dan lain sebagainya. Mereka masih suka mengajar di Ponpes Nurul Imdad ketika bulan Ramadan, supaya pengajian lebih bervariasi.

TELAAH: Para santri dengan berbagai jenjang pendidikan saat mengaji bersama ustaz yang juga alumni pesantren.

“Pengajarannya pun diserahkan langsung kepada para pengajar, maunya meng­ajarkan kitab apa, dan hari apa,” tuturnya.

Jika buka puasa bersama, ada semacam kegiatan menghimpun takjil yang juga sudah terjadwal. Ketika sore, ibu-ibu di sekitar pesantren mengirim takjil ke masjid dan musala, lalu nanti buka puasa bersama.

“Jadi, berbukanya juga bareng-bareng dengan warga sekitar pesantren. Kalau tarawihnya memakai yang 23 rakaat, imamnya pun banyak dan setiap malam ber­ganti-ganti,” bebernya.(cr4/c)