Pondok Pesantren Nurul Imdad berdiri sekitar 1980, dan baru diisi sekitar 1983. Sang pendiri, KH Ahmad Zaini Dahlan, awalnya ingin membantu anak-anak yang kuliah dan sekolah di Bogor. Paling tidak mendapatkan pendidikan agama juga tempat tinggal gratis.
“Karena biaya mahal, maka dari itu, sang pendiri ingin membantu anak-anak yang jauh, dan perlu tempat pemondokan, jadi disediakan di sini,” beber Ustaz Wahid. Sampai saat ini, Nurul Imdad sudah memiliki sekitar 100 santri.
Wahid menjelaskan, dana pembangunan didapat dari hasil sumbangan swadaya masyarakat, dermawan, donatur, dan civitas akademika IPB Bogor. Dalam hal pencarian dan penerimaan dana ini, KH Ahmad Zaini Dahlan akan menerima jariyah dari siapa pun yang benar-benar ikhlas, serta tidak mengajukan kepada pemerintah.
“Maksud dan hikmahnya untuk menanamkan rasa tanggung jawab umat Islam terhadap agamanya,” bebernya. Sesuai ajaran Rasul tentang jariyah, pihaknya tidak menerima bantuan atau sumbangan yang mengatasnamakan golongan. “Karena biasanya hanya ingin numpang pasang iklan,” tuturnya.
Masih kata Wahid, tujuan lain dalam hal pencarian dana dengan tidak mengajukan kepada pemerintah, dimonopoli seorang muslim dermawan atau hartawan, dan yang mengatasnamakan satu golongan adalah untuk memupuk benih-benih pemuka agama Allah yang ikhlas.
Tanah pondok pesantren merupakan wakaf dari H Payumi bin H Mulyadi. Lalu, pesantren ini mulai diisi pada malam Rabu, 10 Mei 1983 atau 27 Rajab 1403 H oleh remaja Babakan Fakultas, Tegal Manggih dan sekitarnya. “Dengan jumlah santri pada saat itu 30 orang,” tandasnya.(cr4/c)