BOGOR–RADAR BOGOR, Tidak banyak berbeda dengan kegiatan di ponpes lainnya, para santri di sini juga tetap melakukan kegiatan masing-masing seperti biasa. Hal yang sama juga terjadi di bulan Ramadan.
”Kalau yang bersekolah, ya tentu mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hanya saja, memang, bulan Ramadan ini mereka lebih mengoptimalkan kegiatan mondoknya,” jelas Wildan.
Selain itu, mereka juga harus memperdalam kajian-kajian keislaman, seperti kajian sejarah Islam, kajian tafsir, dan kajian Ramadan. ”Jadi mereka tidak sepenuhnya di sini, paling 20 hari, karena sisanya mereka ada yang pulang dan sekolah.
Tapi selama 20 hari di pondok, ya mereka maksimalkan tilawahnya, harus! Minimal satu kali khatam, tapi kebanyakan lebih dari satu kali. Rata-rata mereka satu hari bisa lembar lembar (baca Quran), atau lebih,” ungkapnya kepada Radar Bogor.
Sementara, di akhir-akhir Ramadan, mereka mengikuti program iktikaf di masjid. Kata dia, kemarin (9/6) merupakan hari kedua mereka mengikuti iktikaf hingga akhir Ramadan atau 27 Ramadan, mereka sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Tapi, kata Wildan, sebelum pulang, mereka harus setor hafalan yang sudah ia kuasai sebelum mendapatkan izin pulang ke kampung halaman masing-masing. Wildan mengaku itu menjadi syarat wajib, meski semuanya tentu akan memenuhi persyaratan itu.
”Tapi tidak semuanya pulang, hanya santri yang rumahnya di wilayah Jabodetabek saja biasanya yang pulang. Sementara santri yang jauh, dari Sumatera, Sulawesi atau Nusa Tenggara Timur (NTT) bisanya mereka tidak pulang, hanya mengunjungi keluarga sekitar Bogor atau Jakarta,” beber Wildan.(ran/c)