25 radar bogor

Menelisik Pesantren Hikmah Syahadah, Miliki Terapi ”Telunjuk Petir” untuk Pecandu Narkoba

SPIRITUAL: Penghuni pesantren Hikmah Syahadah berkumpul di masjid bersiap menunaikan ibadah salat.
SPIRITUAL: Penghuni pesantren Hikmah Syahadah berkumpul di masjid bersiap menunaikan ibadah salat.

Pecandu narkoba layak mendapatkan rehabilitasi yang bukan hanya dari segi medis, melainkan juga mental dan sosial. Beberapa tempat rehabilitasi memiliki metode sendiri untuk menyembuhkan kliennya, seperti Pesantren Hikmah Syahadah, Pasir Nangka, Tigaraksa Tangerang.

PESANTREN yang berdiri sejak 1998 ini memiliki keunikan dalam menyembuhkan pecan­du narkoba dari sakaw. Biasa­nya, mereka akan merasakan gejala -baik fisik maupun mental- yang tidak nyaman saat baru berhenti memakai narkoba.

Sang pendiri pesantren KH Romdin sudah terkenal bukan hanya bisa menyembuhkan pecandu narkoba, namun juga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dan anak nakal. Dia memiliki metode ”Terapi Telunjuk Petir” yang dipelajari­nya melalui ilmu hikmah.

”Orang yang kecanduan narkoba terus putus obat itu akan mengalami sakaw. Nah terus pasti kalau yang sudah kecanduan sekali melerlah hidungnya, dari mata netes juga, meriang,” ujar KH Romdin saat ditemui JawaPos.com (Grup Radar Bogor) di pesantrennya, Jumat (1/6).

Menurutnya, terapi dengan media air ramuan tradisional herbal itu sangat dibutuhkan bagi para pecandu. Ramuan tersebut akan diminum lalu dibalurkan ke seluruh badan klien untuk menetralisir keadaan tubuhnya.

”Kami berikan minum. Itu sampai jerit-jerit gitu kita terapi tuh. Kasih minum air doa lalu kita balur badannya. Seluruh badan,” tuturnya.

JawaPos.com menyaksikan prosesi Terapi Telunjuk Petir. Saat itu, usai salat Ashar berjamaah di musala pesantren sekitar pukul 16.45 WIB. Satu santri pecandu narkoba dipersiapkan untuk menjalani terapi.

Dirinya pun membuka baju koko dan peci yang dikenakannya sewaktu salat. Tersisa sarung dengan motif kotak-kotak berwarna biru, Ferdi berlutut di barisan salat paling depan.

Sambil memegang segelas air bening, KH Romdin pun memulai ritualnya dengan membacakan doa dan berpesan kepada santrinya itu agar tidak menahan sakit. Dia mengatakan, hal itu bisa membuat Ferdi tak sadarkan diri.

”Ulah (jangan) ditahan, ulah cicing bae (jangan diam saja) nanti pingsan kamu,” kata KH Romdin yang langsung dijawab dengan anggukan Ferdi.

Air ramuan disiram perlahan-lahan ke kepala klien, lalu diikuti usapan tangan ustaz di atas rambut. Keduanya tak banyak bicara. Prosesi terapi terus berlanjut hingga telunjuk KH Romdin mulai menekan titik-titik syaraf di tubuh Ferdi.

Pijatan satu jari tersebut cukup keras membentuk garis lurus ke bawah. Air ditumpahkan lagi ke badan bagian depan dan belakang hingga basah dan licin.

”Bangun, berdiri,” seru KH Romdin. Gerakan Terapi Telunjuk Petir diulang-ulang hingga sekitar 15 menit. Meski tak menjerit, Ferdi terlihat mengernyitkan dahi sepanjang pengobatan tersebut. Bibirnya pun sesekali meringis. Terapi selesai, mereka saling bersalaman dan tersenyum.

”Jadi maksudnya supaya peredaran darahnya lancar. Kemung­kinan kan mereka suka pada meriang, meler, panas di­ngin, sebenarnya untuk meng­hilangkan itu,” imbuh.(jpg)