25 radar bogor

Merasakan Suasana Waisak di Thailand, Negara yang 95 Persen Penduduknya Beragama Buddha (1)

MENYAMBUT WAISAK: Suasana di Patung Big Buddha di Phuket, Thailand, Senin (28/5). (Foto kanan): Biksu Pranuk Pathom Natano mendoakan seorang pengunjung di Big Buddha.
MENYAMBUT WAISAK: Suasana di Patung Big Buddha di Phuket, Thailand, Senin (28/5).
(Foto kanan): Biksu Pranuk Pathom Natano mendoakan seorang pengunjung di Big Buddha.

Beberapa hari terakhir, wihara-wihara di Thailand mempercantik diri untuk menyambut peringatan Waisak. Masyarakat bakal ramai berdatangan untuk berdoa sambil membawa makanan buat para biksu.

TOMY C. GUTOMO, Phuket

ADA dua lokasi yang paling sering dikunjungi warga Phuket, Thailand, untuk merayakan Waisak. Pertama di patung Big Buddha di Puncak Bukit Karon, kedua Wat (Wihara) Chalong yang juga di Karon.

Dua tempat itu juga menjadi salah satu landmark Pulau Phuket. Juga, pagoda terbesar dan paling terkenal di antara 29 pagoda yang ada di Phuket.

Sejak selesai dibangun pada 2011, patung Bu­ddha setinggi 45 meter dengan lebar 25,45 meter tersebut selalu ramai. Patung itu dibuat dari keramik Myanmar yang berat­nya 135 ton per 2.500 meter persegi.

Saat ini masih ada beberapa pemba­ngu­­nan di bagian dalam patung.

”Besok (hari ini yang bertepatan dengan Waisak 2562/2018, Red) mulai pukul 10.00, tempat ini akan ramai dikunjungi masya­­rakat,’’ kata Pra Noppadol Naddummo, salah se­orang biksu di patung Big Budhha di Bukit Karon, Phuket, Thailand, Senin (28/5).

Biasanya masyarakat yang datang, selain berdoa di depan patung Buddha, juga mem­­bawakan makanan untuk para biksu. Para biksu tidak makan setelah pukul 12.00.

Karena itu, kiriman makanan sengaja dibawa sebelum jam makan terakhir para biksu tersebut.

Kemarin Noppadol terlihat sibuk melayani warga dan wisatawan yang datang untuk minta didoakan. Satu per satu warga antre untuk menghadap biksu asli Phuket itu.

Begitu sampai di depan, sang biksu memercikkan air ke kepala mereka, lalu mengikatkan gelang di pergelangan tangan warga tersebut.

’’Setiap hari kami bergantian di sini untuk melayani masyarakat,’’ kata Noppadol.

Tidak ada persiapan khusus di wihara tersebut. Hanya petugas kebersihan yang terlihat sibuk menyiapkan tempat agar hari ini area Big Buddha benar-benar kinclong untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian sang Buddha Siddhartha Gautama itu.

’’Kami memperingati Waisak dengan cara berdoa dan berbuat baik kepada sesama,’’ ujarnya.

Puncak Waisak adalah pukul 19.00. Para biksu akan berjalan mengelilingi patung Big Buddha sambil membawa lilin. Sambil berjalan, mereka memanjatkan doa. Itu adalah simbol Buddha, Dharma, dan Sangha.

Tempat lainnya yang juga menjadi favorit untuk perayaan Waisak adalah Wat Chalong. Nama resminya Wat Chaiyatha­raram. Kuil yang dibangun pada 1876 itu dibuat untuk menghor­mati dua biksu yang sangat dihormati: Luang Pho Chaem dan Luang Pho Chuang.

Lokasinya di subdistrik Chalong. Dari pusat Kota Phuket, jaraknya tak sampai 10 km. ’’Besok (hari ini, Red) saya perkirakan hampir 500 orang datang ke sala sekitar pukul 09.00,’’ kata Phra Aek, biksu yang tinggal di Wat Chalong.

Sala yang dimaksud Aek adalah semacam hall yang di bagian dalamnya ada patung Buddha dan foto dua biksu pendiri wihara. Di hall itu, para pengunjung berdoa dan membawa bingkisan, baik barang keperluan sehari-hari maupun makanan untuk para biksu. Di wihara itu terdapat 25 biksu. Mereka dipimpin seorang master bernama Phra Ajan Maha Pongsak.

Momentum yang paling ramai adalah pukul 19.00 malam ini. Pe­­ngun­jung di pagoda itu akan ber­ju­bel. Para biksu akan me­ngelilingi seluruh bangunan yang ada d
kompleks wihara sambil membawa lilin dan berdoa.

’’Biasanya itu berlangsung satu jam,’’ ujar biksu berusia 36 tahun itu.

Sehari setelah Waisak, para biksu akan menjalani retreat selama tiga bulan. Mereka bermeditasi dan tidak keluar dari wihara. Kalau biasanya setiap pagi mereka keluar kuil untuk menerima derma dari masyarakat, selama tiga bulan itu tidak dilakukan.

Kemarin Wat Chalong ramai pengunjung. Mereka berdoa di bangunan utama yang ada tengah kompleks Wat Chalong. Beberapa pengunjung juga membunyikan petasan di
tempat khusus yang disediakan.

’’Biasanya mereka pernah punya permintaan dan sudah terwujud,’’ kata pria yang sudah 12 tahun menjadi biksu itu.

Suasana Waisak di Thailand memang sudah terasa sejak sepekan terakhir. Apalagi, PBB juga mengadakan konferensi Waisak yang dihadiri seluruh biksu dari berbagai dunia. Termasuk dari Indonesia. Mereka berkumpul di Ayutthaya pada 25–27 Mei 2018. Raja Thailand Maha Vajiralongkorn juga hadir dalam pembukaannya.

Pagoda-pagoda di Bangkok juga bersolek. Salah satunya pagoda tertinggi di Bangkok, Wat Arun. Tenda-tenda sudah disiapkan untuk seremoni Waisak malam ini.(*/c10/ttg)