25 radar bogor

Ponpes Sabilul Huda Cilebut Sukaraja, Sebulan SANTRI HaFal Satu Juz

Foto-foto : SABILUL HUDA FOR RADAR BOGOR TRADISI: Aktivitas rutin yang biasa diikuti para santri dan warga sekitar. Mulai dari pengajian hingga salat Tarawih berjamaah.

Berlokasi di RT 03/10, Kampung Bojongjengkol, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Quran Sabilul Huda jauh dari hiruk pikuk keramaian dengan bangunan yang sangatlah sederhana. Sebagian di antaranya pun masih dalam tahap renovasi.

Memasuki Ramadan kelima, suasana ponpes cukup sepi, hanya terlihat satu dua santriwan dan santriwati yang keluar masuk ponpes. Pimpinan Ponpes Tahfi­dzul Quran Sabilul Huda, Romli menga­takan, beberapa santriwan dan santriwati didikannya memang lebih memilih menghabiskan awal Ramadan bersama keluarganya. Total santri Ponpes Sabilul Huda memang tak banyak, hanya 20 anak, mulai usia SD hingga SMK.

Romli mengatakan, Sabilul Huda merupa­kan impiannya yang akhirnya terwujud di tahun 1994, diawali dengan madrasah diniyah hingga akhirnya berkembang menjadi pondok pesantren.
“Tahun 1994 membuat Yayasan Sabilul Huda.

Memang termotivasi ingin membangun pondok pesantren. Kemudian di 2005, mendirikan TK dan SD, pada 2006 MTs dan 2009 SMK. Jadi, ada pondok pesantren dan sekolah formalnya,” beber Romli kepada Radar Bogor.

Foto-foto : SABILUL HUDA FOR RADAR BOGOR
TRADISI: Aktivitas rutin yang biasa diikuti para santri dan warga sekitar. Mulai dari pengajian hingga salat Tarawih berjamaah.

Dia melanjutkan, di awal berdirinya Ponpes Sabilul Huda, santrinya hanya anak-anak di sekitar lingkungan Kampung Bojongjengkol. Hingga akhirnya berkem­bang, ada yang datang dari Jakarta, perbatasan Kabupaten Bogor hingga Pemalang Jawa Tengah.

“Tadinya konsep ponpesnya salafi, mengaji Kitab Kuning. Tapi baru di tahun ini konsep itu saya ubah, menjadi Ponpes Tahfidzul Quran. Dalam satu bulan, santri ditargetkan hafal satu juz,” ungkapnya.

Metode yang diberlakukan, sambung Romli, yakni per hari santri ditargetkan menghafal satu lembar Alquran. Mengingat konsep ponpes yang diubah, maka pengajarnya pun secara khusus Romli datangkan dari pesantren kena­maan yang memang sudah dikenal karena melahirkan tahfidz-tahfidz andal.

“Jadi, di sini itu bisa dibilang ponpes yatim/piatu, duafa juga. Tidak dipungut biaya, asal jelas keterangannya. Kita campur dengan yang lain, asalkan sung­guh-sungguh belajarnya, yang penting anaknya mau belajar,” pung­kasnya. (wil/c)