Ramadan 2016, menjadi momen bersejarah bagi warga Piccadilly, London. Ya, saat itu, Wali Kota London muslim pertama, Sadiq Khan, menginisiasi acara buka puasa bersama warga muslim dan non-muslim di kota itu.
Namun, yang menjadi pembeda buka puasa bersama ini adalah lokasi. Sadiq memilih Gereja St Jame’s Piccadilly sebagai tempat acara buka puasa bersama.
Gereja ini jugalah yang menjadi saksi bersejarah. Untuk pertama kalinya, Gereja Anglikan yang berusia lebih dari 330 tahun mengadakan acara buka puasa selama Ramadan.
Gereja St James’s dibangun pada 1684, dan dirancang oleh Cristopher Wren. Cristopher merupakan warga Inggris yang juga membangun salah satu gedung bersejarah lain di London, Katedral St Paul.
Setidaknya, ada 200 orang yang mengikuti acara buka puasa bersama yang berlangsung pada Minggu, 19 Juni 2016 itu. Bukan hanya warga muslim. Umat kristiani, Yahudi, dan penganut agama lain di Kota London juga ikut hadir dalam acara itu. Bahkan pendeta di Gereja St Jame’s, Lucy Winkett juga ikut hadir. Lucy pun ikut mencoba berpuasa satu hari penuh.
”Ini merupakan tantangan bagi saya. Umat Kristiani juga berpuasa namun bisa minum air. Dan yang kali ini tanpa minum sama sekali, jadi cukup berat.
Tapi sangat menyenangkan kami dapat menyelenggarakan acara buka puasa di gereja kami,” kata Lucy Winket seperti di kutip dari BBC Indon esia.
Ya, acara buka puasa bersama ini merupakan salah satu seruan Sadiq Khan untuk meningkatkan ‘integrasi sosial’ antara berbagai komunitas di London. Acara itu, lanjut dia, merupakan langkah untuk merayakan perbedaan sekaligus menunjukkan Islam sebenarnya kepada dunia.
”Yang hebat dari acara seperti ini adalah, kita berada di jantung Kota London, di Piccadilly, di Gereja St James’s, dalam buka puasa bersama umat Kristen dan Yahudi dan yang lain. Acara ini tidak hanya buka puasa bersama, namun juga agar yang lain mengetahui tentang Islam,” kata Sadiq.
Bukan acara ini saja. Sadiq yang juga mendukung perkawinan sejenis ini sudah beberapa kali mengadakan acara lintas agama dan beberapa tahun terakhir.
”London adalah kota yang paling beragam di dunia dengan lebih dari 300 bahasa. Yang penting adalah kita saling berinteraksi dengan lebih baik, mengenal lebih baik. Saya menyebutnya integrasi sosial,” imbuhnya.(bbc/dkw/net)