25 radar bogor

Refleksi Puasa Sunah

FIKRI-H/RADAR BOGOR HANGAT: Kades Kiarasari Nurodin (kanan) saat sahur bersama istri dan dua anaknya. Meski menjabat sebagai kepala desa, Nurodin tetap mengedepankan kesederhanaan.

Kesederhanaan terlihat jelas dalam keluarga Nurodin. Hal itu terlihat saat kepala Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, tersebut menjalani sahur bersama keluarga.

JELANG makan sahur, keluarga kecil itu beranjak dari tidurnya untuk bersuci. Dua anak mereka ikut menghantarkan langkah kedua orang tuanya.

Si bungsu jalan tergopoh dibopong sang ibu. Usai dibalut air suci, mereka sujud di sepertiga malam terakhir. Sesekali, sang ayah melantunkan munajat kepasrahan.

Tak lama berselang, sang istri menghamparkan karpet cokelat. Setangkup sayur terubuk, ikan mas yang diolahnya dari empang di samping rumah, leunca, dan kerupuk perenyah rasa disajikan dengan penuh cinta.

Nasi putih hasil panen masyarakat Kiarasari pun disajikan. Ya, kese­derhanaan memang kerap kali diton­­jolkan Nurodin. Termasuk menu makanan selama Ramadan.

Selama Ramadan ini, Nurodin bahkan tidak terlalu pusing dengan menu makanan yang disiapkan sang istri. Apa pun akan ia lahap, baik saat sahur maupun berbuka puasa.

Bagianya, Ramadan menjadi momen untuk merefleksikan puasa sunah yang selalu ia jalankan. Di antaranya puasa Senin dan Kamis yang memiliki banyak manfaat. Satu di antaranya menahan berbagai godaan dalam kehidupan.

Puasa, kata Jaro Peloy -sapaannya-, memiliki arti menahan. Ia merefleksikan puasa dalam arti puasa dari gaya hidup hedonis, puasa dari keinginan berlebih, puasa dari nafsu yang tak baik, termasuk puasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

”Ini saya ajarkan kepada istri dan anak saya yang masih kecil. Namanya jadi kepala desa, pasti banyak tekanan sana-sini.

Kedekatan kita kepada Allah, itu sangat berpengaruh untuk melepas tekanan tersebut. Pada akhirnya, kita semua pasrah dengan ketentuan Sang Khalik,” imbuhnya.(cr3/c)