Pondok Pesantren Al-Alawiyah ini sama dengan pesantren pada umumnya. Karena berada di lingkungan kota, yaitu Kota Bogor, maka Ponpes Al-Alawiyah dikelola secara modern berbasis salafi.
Pendiri serta pengelola pesantren, Mochammad Alwi mengungkapkan, modern di sini adalah pesantren terintegrasi dengan sekolah formal yaitu program enam tahun SMP dan SMK. Kemudian, penggunaan bahasa Arab dan Inggris menjadi bahasa sehari-hari.
Lalu diperkuat dengan pelajaran-pelajaran pesantren yang ada di pondok pesantren salafi. “Terutama penguatan dalam bacaan Kitab Kuning, yang memang sangat populer di pesantren,” bebernya.
Adapun kegiatan-kegiatan lain sudah menjadi hal yang biasa di lingkungan pesantren. Misalnya latihan pidato dengan tiga bahasa, yakni Arab, Inggris, Indonesia, juga memberikan kesempatan kepada para santri menggunakan bahasa daerahnya masing-masing, seperti orang Sunda, Medan, bahkan Riau.
Sambung Alwi, untuk program lain ada ekstrakurikuler pencak silat, yang kebetulan bekerja sama dengan Pagar Nusa, salah satu perguruan pencak silat yang ada di badan otonom pengurus besar NU. Juga ada taekwondo, paskibra dan lainnya.
Lantaran sekarang pelajarannya cukup banyak, ada sekolah dan pelajaran pesantren, maka untuk mempermudah santri membaca Kitab Kuning digunakanlah metode Abyan, yakni salah satu cara cepat membaca Kitab Kuning.
Bahkan, jika misalnya hanya sekadar ingin tahu, dapat dilihat melalui internet (Playstore) dan sudah ada panduannya. “Tapi tentunya, jika ingin paham harus belajar langsung pada ahlinya, karena di internet hanya sebagai informasi biasa,” tuturnya.
Masih kata Alwi, setiap Ramadan pesantren ini rutin mengadakan kegiatan pasaran. Yakni fokus kepada pengajian beberapa kitab, seperti kitab Akidah Islammiyah, Nurul Zolam, Jurumiyah, Safinah, Imritti, Khaelani, dan Hadits Arbain. “Jadi, kitab tersebut khusus dikaji selama bulan suci Ramadan. Tidak ada kegiatan lainnya, hanya khusus mengkaji kitab,” tegasnya.
Untuk kegiatan buka puasa, dilakukan santri secara berjamaah. Santri putri dengan kelompok santri putri, demikian pula halnya santri putra. “Hanya, untuk santri putra kita konsentrasikan di masjid sambil menunggu datangnya waktu magrib.
Terkadang juga buka puasa bareng dengan masyarakat, yang juga mau buka puasa di masjid. Untuk santri putri tetap di lokasi pesantren,” ungkapnya.
Sedangkan untuk salat Tarawih dilaksanakan di Masjid Jami At Taqwa bersama warga sekitar pesantren.(cr4/c)