25 radar bogor

Ponpes Daarul Muhajirin Kedung Halang, Tradisikan Tidur Siang Singkat

RUTIN KAJI KITAB: Pendiri Ponpes Daarul Muhajirin KH Ahmad Djaelani saat membimbing ratusan santrinya mengkaji Alquran, kemarin.

Kumandang azan zuhur membangunkan para santri dari qailullah atau tidur siang. Ya, tidur siang singkat menjadi tradisi di Pesantren Daarul Muhajirin yang berlokasi di Kedung Halang, Bogor Utara, Kota Bogor. Pasalnya, qailullah merupakan salah satu sunah dan anjuran Nabi Muhammad SAW.

Anjuran tersebut bukan tanpa sebab. Tidur siang singkat ini berhubungan dengan qiyamulail atau salat malam, yakni tahajud yang disambung hingga ibadah kajian lainnya.

“Siswa tidak tidur lagi, langsung belajar sampai siang. Makanya, jam siang mereka tidur tidak lama, satu jam termasuk persiapan salat, dan bersih-bersih,” kata Ustaz Ridwan Rafsanjani, salah seorang pengajar yang menyambut aktivitas santri menjelang Ramadan.

Sambung Ridwan, tidur siang dapat mengembalikan konsentrasi para santri dalam mengkaji ilmu seharian. Sehingga santri memiliki daya fokus menghafal pelajaran.
Di sini ada 450 santri berguru ilmu Islam. Sekitar 150 di antaranya tinggal menginap di kamar sampai tamat. Sisanya merupakan warga sekitar. Selama belajar di sini, Ridwan mengatakan, selain Alquran dan hadits, santri menggali kitab-kitab Salafi.

Dalam program pendidikan pesantren, Daarul Muhajirin menggunakan sistem pengkajian kelas disesuaikan kemampuan santri. Melalui proses seleksi, pengkajian kelas terbagi kepada empat tingkat yakni Ibtida Awal, Ibtida Tsani, Tsanawi, dan Ulya Ma’had Aly.

“Namun, itu tetap dilaksanakan kuliah umum,” ucapnya. “Bahasanya kitab kuning, karena warnanya menguning. Kami mengajarkan Majmuatul Aqidah,” ucapnya.

Puasa tak lantas membuat para santri mengurangi aktivitas. Sebaliknya, intensitas mereka dalam menghafal Alquran dan mengkaji kitab. Di bulan suci juga, banyak masyarakat umum yang turut belajar mengikuti sanlat atau pesantren kilat selama Ramadan.

Di tengah aktivitas para santri, wartawan ini menemui Pendiri Pondok KH Ahmad Djaelani. Diawali salat Zuhur berjamaah, Kiai Ahmad membimbing ratusan santri meng­hafal arti Alquran. Ayat demi ayat dilan­tunkan disusul arti dan asbabunuzul.

Kiai menuturkan, pesantrennya bervisi menyerukan manusia berbuat kebajikan, melarang kemungkaran. Dalam praktiknya, berupaya menjadi lembaga pendidikan Islam yang unggul, mandiri dan terpercaya. Bermanfaat bagi semua umat serta memberikan pelayanan.

“Optimal dalam pengkajian Islam sesuai manhaj Ahlulsunah Waljama’ah,” ucapnya. Menurutnya, dewasa ini masyarakat kurang mengamanahkan pesantren sebagai pendidikan pilihan. Padahal sejatinya, di pesantren bisa tangkal pengaruh buruk dari luar. “Jadi, S2 atau sekolah santri itu. Dakwah tauhid dan akhlak terpenuhi,” cetusnya.

Lanjut kiai, dirinya menciptakan misi meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Mulai dari menempa kepribadian santri yang Islami serta membentuk pribadi berakhlakul karimah. Di sini santri juga dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan. “Membentuk jiwa mandiri dan membiasakan bersikap yang Islami,” tuturnya.(don/c)