SUKAMAKMUR–RADAR BOGOR, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengkritisi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor terkait dengan kondisi di perkampungan Mulyasari, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Komisioner KPAI Retno Listyarti menjelaskan, fakta-fakta banyaknya anak yang putus sekolah serta tidak mendapatkan akses listrik di Kampung Mulyasari, menunjukkan ketidakpedulian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
“Ini sebuah ironi! Fenomena kasus serupa memang banyak ditemui di berbagai daerah yang terisolir, terpencil, dan terbelakang di Indonesia. Namun, yang disayangkan KPAI, kok bisa terjadi di Kabupaten Bogor yang letaknya tidak jauh dari ibu kota negara,” ujar Retno kepada Radar Bogor, kemarin (6/5).
Menurutnya, Pemkab Bogor dan dinas terkait harus bertanggung jawab atas kondisi ini. “Patut dipertanyakan kinerja dan kesungguhan pemeritah daerah dalam memenuhi hak atas pendidikan warganya itu,” cetusnya.
Ia meminta agar pemerintah segera turun tangan menyelesaikan permasalahan hak dasar yang seharusnya diterima warga yang tinggal di Mulyasari. “Infrastruktur di sana harus mulai dipikirkan,” ucapnya.
Ironi pendidikan di Kampung Mulyasari, memantik perhatian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Dalam waktu dekat, dia siap turun tangan mengatasi persoalan pendidikan di Mulyasari.
Melalui Staf Khusus Mendikbud bidang Hubungan antar Lembaga Ilham Ramdhani, Muhadjir mengatakan bahwa kasus anak-anak putus sekolah di Kampung Mulyasari menjadi perhatian serius.
“Terkait kondisi di Kampung Mulyasari, seluruh stakeholder Kemendikbud termasuk pak menteri sedang membahasnya. Temuan ini menjadi perhatian khusus untuk dicarikan solusi secepatnya,” kata Ilham saat menghubungi Radar Bogor.
Sebelumnya diberitakan, ratusan warga Kampung Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur hidup bak di dalam gua. Tak ada listrik, dan sudah sangat lama tak kedatangan tenaga pendidik.
Bahkan, 51 anak di sana pun tak bisa menikmati pendidikan yang layak. Mereka putus sekolah. Adalah Brigadir Buana Adi Putra yang rela mengajar nonformal kepada anak-anak Mulyasari.
Namun, Bhabinkamtibnas Desa Sukamulya itu hanya mampu mengajar bahasa Inggris.(all/c)