CISARUA–RADAR BOGOR,Populasi elang Jawa kian menurun tiap tahunnya. Dari data yang didapat, pada 2018, jumlah elang Jawa tidak lebih dari 200 pasang di alam liar. Jumlah tersebut di bawah batas aman, yaitu sebanyak 1.000 pasang.
Hal itu juga yang menjadi konsentrasi banyak pihak. Tak hanya pemerintah, namun juga taman satwa yang sengaja dititipi untuk pengembangbiakan. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Bambang Dahono Adji mengatakan, Elang Jawa adalah endemik Indonesia yang harus dilestarikan.
”Elang Jawa adalah simbol negara. Jangan sampai terjadi seperti harimau yang sedikit demi sedikit sudah mulai punah,” kata Bambang saat menghadiri sebagai pembicara saat penandatanganan kerja sama ‘Cintai Elang Jawa’ yang dilakukan Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor dan PT Smelting di Cisarua, Sabtu (28/4) lalu.
TSI, kata dia, merupakan lembaga konservasi yang teruji manajemen pengelolaan satwanya. Untuk itu, sebagai wadah konservasi, TSI diharapkan mampu menjadi habitatnya elang Jawa. ”Kalau sampai punah, maka Taman Safari yang pertama disalahkan. Kenapa? Sebab, sampai saat ini telah ada dukungan kepada elang Jawa dari perusahaan luar, artinya pemeliharaan harus lebih maksimal,” sambung Bambang lagi.
Tak hanya TSI yang bakal menjadi sorotan, juga yayasan–yayasan konservasi elang yang turut menjaga kelestariannya. Balai Taman Nasional juga tak luput dari incaran Bambang. Menurutnya, cukup banyak tugas yang harus dilakukan dan dipertahankan.
Tak hanya elang Jawa yang perlu dikembangkan, namun masih banyak satwa lainnya. Contohnya banteng. Satwa gagah tersebut juga perlu dilestarikan.
”Ada 37 ekor banteng di Amerika terjadi inbreeding, mempertahankan di alam. Sedangkan kebijakan pemerintah saat ini, menjaga konservasi semua minimal 10 persen. Akhir-akhir ini banyak pengusaha yang peduli terhadap konservasi, namun masih banyak juga satwa yang hampir punah,” tukasnya.
Di waktu yang sama, Direktur TSI Jansen Manansang menambahkan, melalui kerja sama ini, TSI akan menambah fasilitas untuk perawatan elang Jawa sekaligus meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang). Terutama, di bidang pengembangbiakan. ”Hal ini sesuai dengan keinginan pemerintah pusat yang ingin menambah populasi satwa langka lima sampai sepuluh persen pada 2025 nanti,” ucapnya.(dka/c)