25 radar bogor

Atasi Rasa Panik karena Jarak Kehamilan Dekat

SIAP-SIAP: Seorang ibu hamil dengan hasil cetak USG janin. Kehamilan yang terjadi di luar rencana kerap menggelisahkan pasangan suami istri.

Pekan lalu (17/4), Shireen Sungkar (26) baru saja melahirkan anak ketiganya, Cut Shafiyyah Mecca Al-Fatih. Jarak kelahiran anak kedua dan ketiganya terbilang dekat. Anak keduanya, Hawwa, lahir pada 25 Juli 2016. ”Awalnya, anak ketiga direncanakan empat atau lima tahun setelah Hawwa lahir. Tapi, ternyata dikasih lebih cepat,” kata istri Teuku Wisnu itu.

Kini, Shireen punya PR lain. Dia harus memberikan pengertian untuk Hawwa. Sebab, saat melihat adiknya, Hawwa lebih banyak diam, seolah-olah sedih. Berbeda dengan Adam, anak sulung, yang gembira menyambut adik baru.

Kondisi serupa sempat dialami pasangan Dhena Aldhalia dan aktor Jonathan Frizzy. Mereka sempat panik ketika tahu bakal dikaruniai anak lagi. Padahal, si kembar Zoe dan Zac belum berusia 1 tahun. ”Awalnya, nggak siap. Kami baru punya anak kembar yang masih kecil-kecil,” tutur Dhena. Ketika itu, Dhena baru menyapih ASI dan belum KB. ’’Waktu nyiapin ultah si kembar, ternyata saya udah hamil tiga bulan,” lanjutnya.

Yang paling panik adalah sang suami. Kecemasan itu muncul karena rasa tanggung jawab. Dia ingin memberikan yang terbaik untuk anak. ”Mikir gimana ngurus tiga anak, belum lagi biaya sekolah nanti,” terang Dhena.

Namun, ketika menemani Dhena kontrol ke dokter dan mendengar detak jantung si bayi, kecemasan Ijonk berubah menjadi penerimaan. Seperti flashback bahagianya ketika mendapatkan si kembar. Selanjutnya, mereka melakukan perencanaan untuk menyambut anak ketiga. ’’Perencanaan biaya, menyiapkan si kembar biar nggak jealous, dan banyak lainnya,” ungkap Dhena. Kini, kehadiran Zayn melengkapi kebahagiaan mereka.

Sebenarnya, bila kehamilan direncanakan dengan matang, kepanikan-kepanikan tersebut bisa dieliminasi. Lain cerita jika kesundulan, tentu harus dihadapi. Identifikasi area apa saja yang menjadi kecemasan. Terkait fisik, psikologis, atau finansial. Contohnya, kondisi kehamilan yang kompleks harus dikon­sultasikan dengan dokter.
Selain itu, pada postpartum period, perubahan fisik dan hormon turut memengaruhi kondisi psikis ibu. ”Ibaratnya, belum ’napas’. Masih ingat rasa sakit melahirkan, si ibu sudah hamil lagi. Ini bisa menimbulkan kecemasan,’’ papar Tiara Puspita MPsi, psikolog klinis dewasa Tiga Generasi, dalam launching buku Antipanik Menjalani Kehamilan di Sheraton Hotel, Jakarta, Kamis (19/4).

Hal pertama yang diperlukan adalah acceptance (penerimaan). Artinya, Tuhan memercayai pasangan tersebut untuk kembali hamil dan membagi perhatian dengan si kakak. Selanjutnya, pikirkan dukungan apa yang dimiliki untuk mengurangi kekhawatiran itu dan lakukan perencanaan dengan pasangan.

Tak jarang, si ibu harus struggle dengan kehamilannya. Sementara itu, suami terkesan tidak men-support plus kaget menghadapi kenyataan tersebut. Padahal, seharusnya pasangan saling menguatkan. ’’Kalau pola komunikasi bagus sejak awal, biasanya pasangan akan mudah menjalaninya. Langsung buat prioritas baru,” imbuh alumnus Universitas Indonesia itu.

Di antaranya, apakah perlu menggunakan jasa nanny untuk membantu ibu dan menambah penghasilan. Yang tadinya menyiapkan tabungan pendidikan untuk satu anak, kini untuk dua anak. Dukungan bisa dipero­­leh dari sharing dengan teman atau keluarga yang mengalami hal serupa. Namun, perlu diperhati­kan sumber informasinya. ”Jangan yang malah bikin panik,” ucapnya.

Selain kesiapan mental ibu dan bapak dalam menyambut kehadiran anggota keluarga baru, perlu diperhatikan kesiapan si kakak. Menurut Chitra Annisya MPsi, psikolog klinis anak Tiga Generasi, si kakak perlu diberi pengertian tentang kehamilan. Tentu, gunakan bahasa yang sederhana. ”Bisa dengan buku cerita. Atau, kakak pegang perut bunda, bahwa sebentar lagi ada kehadiran adik,” jelas Chitra.

Ceritakan pula gambaran keseruan menjadi kakak. Jadi, anak bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika sang ibu melahirkan adiknya. Tegaskan bahwa si kakak nanti punya teman bermain, tapi tetap tidak kehilangan kasih sayang orang tuanya.(nor/len/c18/nda)