25 radar bogor

Sri Wahyuni Optimis Emas

TANGGUH: Sri Wahyuni Agustiani saat tampil di olimpiade.

JAKARTA–RADAR BOGOR,Lifter putri Sri Wahyuni Agustiani menun­jukkan tren positif setelah me­lakoni training camp di Pade­pokan Gajah Lampung selama tiga minggu. Total angkatannya saat ini hampir menyentuh target 205 kg. Harapan meraih emas nomor kelas 48 kg putri di Asian Games 2018 pun bukan tidak mungkin dicapai.

Yuni berhasil mengangkat total beban 200 kg pada tes pelatnas bulanan yang digelar di Lampung. Dengan rincian, snatch 88 kg dan clean and jerk 112 kg. Angkatannya tersebut meningkat 7 kg dari bulan lalu. Yakni, 193 kg dengan snatch 87 kg, celan and jerk 106 kg.

Pelatih angkat besi Supeni mem­beri acungan jempol ke­pada anak didiknya tersebut. Dia mengatakan, capaian Yuni saat ini merupakan hasil dari kerja keras dan keseriusan selama latihan. ”Untuk fokus dan konsentrasi, Yuni memang lebih bagus dari pada yang lain,” ucapnya.

Namun, lanjut Peni, raihan Yuni masih belum sempurna. Mengingat, masih kurang 5 kg lagi untuk mencapai target dari Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia. Menurut dia, atlet-atletnya masih men­jalani proses dan mening­kat sesuai harapan.

”Kami laku­kan setiap step sesuai rencana latihan untuk puncaknya di Asian Games nanti,” jelasnya.

Raihan cemerlang, Yuni nam­paknya tidak diikuti Nurul Akmal, lifter kelas +75 kg. Dia gagal mencatatkan angka­tan pada tes bulanan tersebut. Amel -sapaan akrabnya- me­ngatakan, tidak dalam kondisi yang prima. ”Mungkin badan saya terlalu capek, jadi kurang konsentrasi saat tes angkatan,” terangnya.

Sementara itu, lifter Merah Putih putra Eko Yuli Irawan menunjukkan progress yang signifikan. Dia berhasil me­ngangkat beban 307 kg dengan rincian snatch 140 kg dan clean and jerk 167 kg. Ang­ka­tan­nya itu meningkat 22 kg dari bu­lan lalu. Yakni, 285 kg dengan snatch 126 kg, celan and jerk 159 kg.

Eko sedikit demi sedikit me­nambah porsi latihannya. Me­ngingat, dirinya masih harus mengembalikan kondisi fi­sik­nya setelah terserang tifus Februari lalu. Tiga hari se­be­lum tes angkatan, lifter elit ke­las 62 kg tersebut sempat mengalami demam. ”Mung­kin tubuh saya ma­sih belum kuat dan terlalu ca­pek. Saya minum obat dan menco­ba istirahat cukup sebelum tes,” ucapnya.

Eko sadar dengan kondisi­nya saat ini, tubuhnya masih ren­tan kambuh. Menjaga serta mengembalikan kondisi fisik seperti semula lebih prioritas daripada mengejar target angkatan. Asupan makan tentu menjadi hal penting.

Peraih medali perak Olimpiade 2016 Rio, Brazil itu kini bisa dikatakan sedang overweight. Berat badannya 69 kg. Idealnya, untuk kelas 62 kg maksimal lifter memiliki berat badan 65 kg. ”Diet tetap saya lakukan. Tapi untuk saat ini tidak terlalu ketat karena kondisi belum stabil. Ya sebulan 1 kg turun,” katanya.(han)