25 radar bogor

Misi Turunkan Harga Beras

Andika/Radar Bogor PERESMIAN: Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (kanan) bersama artis Marcella Zalianty di depan kandang Unit K9 yang baru dibangun di Pusat Rehabilitasi BNN Lido Cigombong, kemarin (22/2).

JAKARTA–RADAR BOGOR,Dua pekan menjelang bulan puasa, pemerintah menyiapkan beberapa skenario untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok. Beras masih menjadi pekerjaan rumah, harganya masih di atas acuan. Budi Waseso yang ditunjuk sebagai direktur utama Bulog pun diharapkan bisa menyelesaikan masalah itu.

Harga beras medium saat ini Rp10.500–Rp11.000 per kilogram. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) Rp9.400–Rp9.900. Sementara itu, beras premium seharga Rp13.000 per kilogram, juga sedikit di atas HET.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yakin sosok yang akrab disapa Buwas tersebut bisa membawa Bulog menstabilkan harga pangan. JK menyebut mantan kabareskrim itu punya rekam jejak yang bagus.

”Pak Budi Waseso, dia seorang pekerja keras dan konsekuen waktu dia bekerja di BNN. Sangat. Orang bilang, berhasil dengan upayanya itu,” puji JK.

Memang, Bulog jauh berbeda dengan penegakan hukum di BNN. Namun, dia yakin Buwas bisa cepat belajar. ”Selama dia mau belajar dan bekerja keras di bidang bisnis, tentu dapat bekerja dengan baik,” kata JK yang juga seorang pengusaha.

Sebagai Dirut Bulog, Buwas menggantikan Djarot Kusumayakti. Selain mengangkat Buwas, Kementerian BUMN juga menempatkan Teten Masduki, mantan kepala Kantor Staf Presiden (KSP), sebagai kepala Dewan Pengawas Bulog.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, perombakan direksi di Perum Bulog merupakan penyegaran untuk mempercepat akselerasi program-program pemerintah dan memperkuat ketahanan pangan.

Dia menyatakan, Buwas dipilih karena Bulog membutuhkan sosok pemimpin yang bisa mengurus organisasi yang kompleks. ”Dibutuhkan intensitas turun ke lapangan untuk monitoring gudang-gudang Bulog yang banyak. Kita tahu Pak Budi Waseso ini orang lapangan,” katanya di gedung Kementerian BUMN.

Terlebih, Buwas merupakan eks aparat penegak hukum yang sudah terbiasa melakukan tindakan preventif. Dengan kompetensinya, dia diharapkan bisa membawa Bulog lebih baik dalam menjamin ketahanan pangan maupun menyejahterakan petani.

Bulog mencatat, stok beras di gudang perseroan telah menyentuh angka 972 ribu ton. Angka itu sudah termasuk stok dari pengadaan luar negeri sebesar 408.053 ton per 27 April 2018. Bulog pun terus menambah stok dengan mengimpor beras dari Pakistan sebanyak 50 ribu ton. Rencananya beras tersebut sampai ke Indonesia bulan depan.
Juga, masih ada 20 ribu ton beras in transit atau dalam perjalanan di truk menuju gudang Bulog dan siap dibongkar. ”Menggenapkan 500 ribu ton (pengadaan luar negeri, Red),” ujar Direktur Pengadaan Perum Bulog Adrianto.

Bukan hanya itu. Bulog juga terus melakukan pengadaan beras dari dalam negeri sebesar 13 ribu ton per hari. ”Tren stok kami naik. Beberapa waktu lalu kan masih 950 ribu ton. Sekarang 972 ribu ton, akhir minggu depan bisa 1 jutaan ton,” urai Adrianto.

Stok yang cukup melimpah tersebut membuat Bulog optimistis stok dapat bertahan hingga Lebaran. Sebab, kebutuhan beras masyarakat per bulan rata-rata 200 ribu ton hingga 240 ribu ton. Perinciannya, bansos rastra dan operasi pasar masing-masing mencapai 120 ribu ton per bulan.

Ketua Dewan Pengawas Bulog Teten Masduki mengatakan, pemerintah melalui Bulog ingin memastikan kebutuhan beras cukup dan mudah diakses masyarakat serta harganya terjangkau. ”Tidak menggerus daya beli masyarakat,” ucapnya.

Karena itu, pada momen menjelang Lebaran ini, pihaknya telah memastikan komitmen dengan direksi lama untuk segera memastikan pasokan, distribusi, dan kecukupan beras sampai Lebaran berakhir.

Mengenai penunjukannya sebagai ketua Dewan Pengawas Bulog, Teten mengaku baru saja ditugaskan kemarin pagi (27/4). ”Di Kantor Staf Presiden dulu saya yang mengawasi, jadi selama ini saya berhubungan dengan Pak Djarot,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa Budi Waseso juga cukup tegas dan akan memastikan Bulog dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan beras masyarakat Indonesia.

Sementara itu, masuknya Buwas ke Bulog juga menjadi perhatian Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso. Dia mengungkapkan, pucuk pimpinan Bulog harus memiliki pemahaman yang bagus soal pangan. ”Dari hulu ke hilir, dari A sampai Z,” katanya saat dihubungi kemarin.

Meski demikian, Sutarto menolak berkomentar banyak soal Buwas yang baru saja dilantik sebagai Dirut Bulog. Memang, menurut dia, ada perbedaan latar belakang yang amat kentara. Dari sebelumnya menangani urusan narkoba, lantas menangani pangan.

Namun, Sutarto percaya Buwas akan segera mempelajari persoalan-persoalan yang terjadi dalam internal maupun eksternal Bulog. ”(Buwas, Red) kan polisi. Kalau polisi atau tentara karakternya itu mempelajari medan dulu sebelum nyerang,” kata Dirut Bulog periode 2009–2014 itu.

Pengelolaan pangan, kata Sutarto, punya spektrum yang luas. Seorang Dirut harus memahami prosesnya, mulai produksi hingga tata niaga. ”Ada soal pengendalian harga, ketersediaan, overkapasitasnya penggilingan, sampai masih maraknya tengkulak. Jadi, nggak cukup paham kulit-kulitnya saja,” paparnya.

Selain itu, Dirut Bulog mesti cerdik dalam menerjemahkan keinginan pemerintah. Selama ini, kata Sutarto, belum terlalu jelas dan tegas posisi dan peran Bulog dalam tata pangan di Indonesia. Satu sisi, Bulog adalah perusahaan milik negara yang dituntut untuk mendapatkan untung dalam berbisnis.

Di sisi lain, Bulog adalah satu-satunya penyangga pangan dan instrumen pemerintah dalam mengontrol harga. Kewajibannya adalah menyerap hasil produksi pangan dalam negeri, lalu melepasnya ke pasaran pada kondisi dibutuhkan untuk menstabilkan harga. Karena itu, pasti ada risiko bisnis seperti kerugian yang harus ditanggung.

Untuk itu, menurut Sutarto, perlu ada penegasan posisi Bulog oleh pemerintah. ”Siapa pun pemimpinnya, harus ditegaskan posisi Bulog. Plus, didukung regulasi,” tegasnya.(far/vir/tau/jun/c10/ang)