25 radar bogor

Ragam Antisipasi Menghadapi Cuaca Panas

ilustrasi

KETIKA cuaca panas, tubuh akan melakukan adaptasi agar bisa bertahan. ”Salah satunya dengan memproduksi keringat. Tujuannya, suhu tubuh tetap ada di kisaran 37 derajat Celsius,” kata dr Caroline Widjaja SpPD.

Efektivitas keringat dalam mengatur suhu tubuh, lanjut dia, mencapai 80 persen. Karena keringat yang diproduksi makin banyak, tubuh pun membutuhkan banyak cairan. ”Normalnya, dalam kondisi panas, tubuh membutuhkan sekitar 2–3 liter air,” urai dokter yang berpraktik di RKZ Surabaya itu.

Dia menyarankan, konsumsi air tidak sekaligus. ”Pokoknya, minum sebelum haus. Sebab, haus menandakan bahwa kita sudah kehilangan 2 persen cairan tubuh,” imbuhnya.

Caroline menjelaskan, tidak ada patokan jenis minuman yang harus dikonsumsi. Air putih sebenarnya sudah cukup selama jumlahnya sesuai. Buah dan sayur, menurut alumnus program spesialis Universitas Udayana Bali itu, bisa menjadi alternatif tambahan.

Untuk menghindari dehidrasi, olahraga sebaiknya dilakukan di tempat terlindung. Waktunya, pagi sebelum terik matahari atau sore saat mulai teduh.

Di sisi lain, dr Anis Dwi Anita Rini menyarankan, air putih yang dikonsumsi sebaiknya dalam suhu ruang. ”Suhu tubuh berkisar antara 37–37,5 derajat Celsius. Saat mengonsumsi es, tubuh akan kaget dan harus beradaptasi lagi,” jelasnya.

Anis menyinggung konsumsi minuman isotonik. Jenis minuman tersebut dikhususkan orang-orang yang melakukan aktivitas fisik berat. Sebab, kandungan ion di dalamnya mampu menggantikan mineral dengan cepat. ”Kandungan itu ada di dalam darah kita, terutama di bagian serum. Kalau aktivitasnya intens, otomatis kandungan tersebut ikut menguap lewat keringat,” ungkapnya.

Dokter lulusan FK Universitas Hang Tuah itu menyatakan, minuman isotonik juga baik diberikan untuk kasus diare disertai muntah parah. ”Mereka rentan mengalami hiponatremia atau kekurangan natrium karena asupan yang seharusnya diserap keburu dikeluarkan,” imbuh Anis.
Dokter yang berdinas di Instalasi Gawat Darurat RSAL dr Ramelan Surabaya itu menjelaskan, dalam kondisi cuaca panas yang diselingi hujan seperti sekarang, kekebalan tubuh harus baik.

Sebab, risiko dehidrasi tidak hanya muncul karena panas. Melainkan, lewat diare. ”Saat pancaroba, diare sangat sering terjadi. Terutama pada anak-anak, lansia, atau orang yang kondisinya tidak fit. Jika tidak segera ditangani, penderita bisa mengalami dehidrasi,” ucap Anis.

Salah Pakaian,RentanBerjamur

CUACA yang panas di musim kemarau rentan mengganggu kondisi kulit. Terlebih, bagian terbesar tubuh tersebut punya fungsi melindungi badan dari faktor eksternal. Salah satunya, radiasi sinar matahari. ”Saat terpapar, lapisan pada kulit akan ’menyerap’ sinar matahari. Jadi, dampaknya tidak sampai merusak organ dan jaringan di dalamnya,” papar dr Bertha Susanna Syah SpKK.

Salah satu unsur pelindungnya adalah melanin, pigmen yang memberikan warna pada kulit. Makin tinggi kadar melanin, warna kulit akan makin gelap. Keberadaan melanin juga menentukan tingkat kepekaan kulit terhadap sinar matahari. Orang-orang dengan kadar melanin rendah –seperti ras Kaukasia serta albino– biasanya amat sensitif terhadap sinar matahari.

”Saat kena panas, muka mereka bisa merah sekali. Mereka juga rentan kena sunburn (terbakar sinar matahari),” kata spesialis kulit-kelamin yang berpraktik di RKZ Surabaya itu.

Paparan sinar matahari, terutama pada pukul 10.00–15.00, berkadar ultraviolet yang sangat tinggi. Sinar UV bisa membuat kulit mengalami penggelapan dan berisiko kanker. Salah satu perlindungannya adalah memakai tabir surya. Jika memang harus beraktivitas cukup lama di luar ruangan, alumnus Universitas Atma Jaya Jakarta tersebut menyarankan penggunaan topi, payung, atau mencari tempat yang teduh.

Selain penggelapan kulit, cuaca panas ikut memicu peningkatan produksi keringat. Dalam hal ini, pemilihan pakaian berpengaruh pada kondisi kulit. Jika pakaian yang dikenakan tidak menyerap keringat, tingkat kelembapan kulit akan meningkat. ”Akhirnya, muncul jamur. Kalau gatal, tergaruk, bisa menimbulkan infeksi,’’ ucapnya. Di samping itu, pakaian yang terlalu ketat bisa memicu lecet atau iritasi.(fam/c7/nda)