25 radar bogor

Nestapa Keturunan Tionghoa Rumpin, Putus Sekolah karena Miskin

Ilustrasi

Warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Kampung Nordin RT 04/06, Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin, hidup nelangsa. Faktor pendidikan menjadikan mereka terkungkung dalam kemiskinan. Salah satunya keluarga Yok Mi (49) dan Lungseng (52). Tiga dari empat anak mereka bahkan putus sekolah.

Laporan : Muhamad Arifal Fajar

Pengap nan sesak. Begitulah rasanya saat memasuki rumah beralas tanah tempat keluarga Yok Mi tinggal. Tak terlihat kemewahan layaknya mayoritas keturunan Tionghoa di perkotaan. Selama 38 tahun mereka hidup miskin.

Dalam rumah berukuran 7×8 meter itu, tak tampak satu pun perabotan. Meja, kursi, ataupun TV menjadi barang mewah bagi mereka. Rumah tak beratap itu hanya memiliki terpal putih usang, satu-satunya alas bagi Yok Mi sekeluarga tidur saat malam tiba. ”Iya, kalau tidur begini, tidak ada kasur.

Cuma pakai terpal dan tumpukan baju,” katanya sembari menggelar terpal tempat biasa mereka tidur itu.

Sedangkan untuk memasak, Yok Mi hanya mengandalkan kayu bakar yang ia ambil sendiri dari kebun. Maklum, tak ada kompor gas dan elpiji. Sementara, untuk kebutuhan air, ia harus berjalan ke mata air sejauh lima kilometer dari kediamannya. ”Ta­pi sekarang lagi musim hujan. Jadi airnya ditampung di bak dan ember,” imbuhnya.

Keterbatasan mereka tidak sampai di situ. Untuk cuci, mandi dan kakus (MCK) tak bisa dilakukannya di kamar mandi. Yang ada hanya bekas karung beras yang dipaku dengan bambu sebagai penghalang. Kehidupan yang dialami pasangan Yok Mi dan Lungseng bukan tanpa sebab. Latar pendidikan keduanya yang hanya tamatan SD pun, jadi salah satu penyebabnya.

Nasib serupa juga menimpa ketiga anak mereka. Feni (30), anak pertamanya tak mampu menyelesaikan sekolah. Begitu pun dengan anak kedua mereka, Beng Cun (25) hanya tamatan SD. Sedangkan Yeni (22), lebih beruntung. Ia menyelesaikan sekolahnya hingga SMK.

Saat ini Yok Mi dan Lungseng berharap pada Yani (13), putri bungsu mereka yang menginjak bangku kelas VIII SMP. ”Saya ingin dia sampai jadi sarjana,” harapnya.(*/c)