25 radar bogor

Cadangan Devisa Masih Kuat

ilustrasi

JAKARTA–Bank Indonesia (BI) punya cukup amunisi untuk meredam pelemahan rupiah. Salah satunya cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada Januari 2018 lalu sebesar USD 131,98 miliar, naik dibanding posisi Desember 2017 yang sebesar USD 130,20 miliar. Pekan lalu, rupiah melemah dan sempat menyentuh angka Rp13.800 per USD. BI pun masuk ke pasar untuk mela­kukan intervensi, baik di pasar valas maupun pasar obligasi.

Hasilnya, rupiah pada akhir pekan lalu ditutup di harga Rp13.746 per USD, keluar dari area Rp13.800 per USD.

Namun jika dihitung lebih luas, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dalam sepekan tercatat melemah 0,56 persen. Sementara sejak awal Februari 2018, rupiah melemah 2,57 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tren kenaikan cadangan devisa yang kuat ditopang oleh membaiknya perekonomian sepanjang tahun lalu. Dia yakin cadangan devisa nanti­nya masih akan mampu tum­buh lebih baik kendati BI harus melakukan operasi pasar.

“Pemerintah menerima devisa dari pajak minyak dan surat utang valas, yang kemudian masuk ke APBN. Dana valas tersebut kemudian ditukar ke rupiah di bank sentral, kemu­dian valasnya masuk ke cada­ngan devisa. Saya tidak bisa meramalkan cadangannya akan jadi berapa, tetapi yang pasti masih bisa naik,” ujarnya di sela-sela pelatihan wartawan ekonomi kemarin (3/3).

Dia menambahkan, BI melihat perekonomian dalam jangka panjang. Sehingga, pelemahan rupiah yang disebut hanya sementara ini tak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sesungguhnya. Jika melihat tren USD yang menguat, Dody yakin cadangan devisa bisa meningkat.

Namun, ditanya soal aliran dana asing, dia tak  menjawab detail. Hingga akhir Januari, aliran dana asing masih tercatat masuk ke Indonesia sebesar USD 2 miliar. “Untuk yang Februari, saya belum pegang datanya. Maret akan seperti apa, I don’t know,” lanjutnya.

Dengan peringkat investment grade yang disematkan oleh lembaga-lembaga rating ke Indonesia, ditambah data inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang positif, Dody yakin tahun ini Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi asing, baik investasi asing langsung (foreign direct investment) maupun portofolio. “Tapi memang sudah ada dana yang keluar, dari surat utang dan saham,” ungkapnya.

Kepala Departemen Pengelo­laan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, volume intervensi BI di pasar tak bisa serta merta diukur dari cadangan devisa. “Misalnya kalau ada penurunan cadangan devisa, berarti BI intervensinya sejumlah selisih dari cadangan yang sekarang dengan yang sebelumnya, enggak begitu,” tuturnya.

Sebab, cadangan devisa juga dibentuk oleh variabel-variabel yang lain. Misalnya, pembayaran utang, penerimaan ekspor migas, dan penerimaan lelang surat utang.

Doddy menjelaskan, cada­ngan devisa pada akhir Januari 2018 cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar tiga bulan impor. (rin)