25 radar bogor

Bangkitkan Perekonomian Rakyat

Mahendra Kusuma
Mahendra Kusuma

BOGOR–RADAR BOGOR, Gelaran Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) tak hanya mempererat keberagaman antar budaya. Tanpa disadari, kegiatan yang kerap ramai digandrungi masyarakat Bogor bahkan mancanegara itu diyakini berdampak positif bagi perekonomian warga.

 

Dewan Pengarah Bogor Street Festival CGM 2018, Guntur Santoso menjelaskan, CGM yang digelar di sepanjang Jalan Suryakancana hingga Jalan Siliwangi ini, jelas mengusung ekonomi kerakyatan.

 

Para panitianya, menurutnya, berasal dari kalangan menengah yang kerap kali bersentuhan dengan masyarakat pinggir jalan.

 

“Artinya, mereka sering bersentuhan dengan warung-warung pinggir jalan. Sehingga melalui kegiatan ini mereka ingin memberikan benefit. Kita coba berdayakan PKL-PKL kuliner ataupun usaha-usaha kecil,” jelasnya kepada Radar Bogor.

 

Setidaknya, selama seharian para pengusaha pinggir jalan ini dianggap Guntur menjadi prioritas. Sehingga, momen ini dianggap menjadi penyemangat bagi mereka para pengais rezeki.

 

Bukan hanya para pedagang, Guntur menganggap kegiatan tahunan ini juga berhasil membangkitkan mereka para  pegiat sanggar seni. Bogor Street Festival CGM pun dianggap sebagai panggungnya para seniman.

 

“Dengan memberikan semangat dan tempat untuk tampil di rumah sendiri, dan kita dorong sanggar yang profesional. Dalam artian, gerakannya memiliki konsep dan karakter,” ujarnya.

 

Guntur menjelaskan bahwa kepanitiaan Bogor Street Festival CGM diisi oleh beragam umat dan budaya. Sehingga tak heran mengimplementasikan gelaran pawai yang beragam.

 

“Nilai gotong royong itu sebagai landasan kita berbangsa dan bernegara,” terangnya.

 

Upaya mempersatukan keberagaman budaya ini diibaratkan seperti perjuangan Presiden Soekarno untuk Indonesia. Saat itu, menurutnya, Soekarno tidak memilik apa-apa selain keberaniannya.

 

Soekarno dianggap berani menggalang dukungan masyarakat dan para tokoh untuk mengarahkan Indonesia pada kemerdekaan.

 

“Jadi, landasan negara ini sebenarnya gotong royong. Ini menjadi ciri khas masyarakat kita. Kita harapkan selalu tumbuh dan berkembang, tidak kita asingkan. Dengan konsep gotong royong maka kita libatkan semua aspek elemen masyarakat,” papar Guntur.

 

Dari beberapa negara yang sempat ia singgahi, menurutnya belum ada negara yang memiliki lebih kaya dari segi kebudayaan dari Indonesia. Untuk itu, melalui Bogor Street Festival CGM 2018, Guntur mengajak masyarakat menyaksikan kekayaan budaya

yang dimiliki Indonesia.

 

Di sisi lain, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat menyambut positif

perayaan Bogor Street Festival CGM 2018. Sebab, hampir 28 persen pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor berasal dari sektor pariwisata. Angka tersebut, menurutnya berkat kontribusi dari perayaan Bogor Street Festival CGM.

 

“Saya yakini kegiatan besok (hari ini) banyak orang menginap di Kota Bogor. Nampaknya dari catatan yang ada, tidak hanya untuk Jawa Barat, CGM di Kota Bogor juga jadi perhatian nasional,” ujar Ade.

 

Tak hanya itu, ia merasa bangga lantaran pada perayaan tersebut bisa juga melibatkan sanggar-sanggar kesenian dari beragam budaya yang ada di Indonesia. Hal tersebut dianggap Ade sebagai bukti kerukunan antaretnis di Kota Hujan.

 

“Saya senang kegiatan ini bisa menjadi momen pemersatu bangsa,” tandasnya.

 

Sementara itu, salah satu panitia Bogor Street Festival CGM 2018, Mahendra Kusuma mengatakan, pelaksanaan CGM diperkirakan akan menyedot sekitar seratus ribu orang.

 

Kemeriahan Bogor Street Festival 2018 ini, kata pria yang disapa Emka itu, akan memberikan multiplier effect secara langsung kepada ekonomi kerakyatan, terutama pedagang makanan dan minuman juga pedagang ornamen-ornamen oriental seperti pakaian tradisional, mainan anak berbentuk barongsai dan liong mini.

 

“Jika pengunjung membelanjakan Rp50.000 per orang maka sekitar Rp5 miliar akan menjadi berkah bagi pelaku ekonomi kerakyatan,” ujarnya kepada Radar Bogor.

 

Belum lagi, menurut Mahendra okupansi hotel-hotel yang tinggi.(fik/c)