25 radar bogor

Belajar Kedisiplinan dari Ibu

DARI HOBI: Usbet alias Usbah saat mengajarkan cara mengelola bola di hadapan anak-anak didiknya.

KELUARGA,bagi Usbet, adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dalam menjalankan kariernya, Usbet sangat dipengaruhi didikan sang ibu.

Ia bercerita, bagaimana pahitnya sang ibu menjadi tulang punggung keluarga. Dengan mengandalkan segala kemampuan, sang ibu tak kenal lelah mencari nafkah untuk membiayainya hingga lulus SD dan SMP.

”Saya jadi semangat lihat ibu. Karena itu, sejak SMP saya berusaha agar mendapat beasiswa. Dan alhamdulillah ketagihan, dari SMA sampai kuliah dapat beasiswa terus,” tukasnya.

Saat ia merasa bebas dan ingin melepaskan diri dari segala bentuk kewajiban, sang ibu selalu menampakkan ketegasan dan memaksanya mengikuti aturan yang dibuatnya. ”Ibu saya bernar-benar bisa memerankan ayah. Baik sebagai teladan disiplin bagi saya, dengan tetap memainkan perasaan dan emosi saya,” tukasnya.

Saat ia merasa berlebihan ketika marah, ibu tak segan meminta maaf dan menjelaskan maksud dan tujuannya itu. ”Dengan linang air mata, ibu bisa membuat saya mengerti dan menerima sanksi darinya. Pokoknya paling takut kalau ibu sampai nangis,” tuturnya.

Meski tegas, ibunya sering menolerir beberapa kesalahan yang sempat membuatnya ketakutan dimarahi. Seperti saat ia menghancurkan kaca rumah ketika berlatih bola, dan banyak perabot berbahan kaca yang jatuh dan hancur karena ulahnya. Setelah dewasa, ia mulai memahami bahwa ibunyalah yang mewarisi mentalitas berani salah untuk kemajuan.

Tak hanya itu, Usbet kecil juga kerap kali diajak ibunya mengenal mendiang ayah. Seperti adik, kakak hingga ibu dari ayah (nenek). Di matanya, sang ibu yang tegas ternyata menyimpan kemampuan berkomunikasi yang baik dan mudah bergaul.

”Dengan keluarga ayah, ibu masih terus ajak saya bersilaturahmi. Ternyata ibu seorang yang supel, asyik kalau dengar ibu ngobrol,” ucapnya.

Seperti pribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Usbet dewasa juga mewarisi sebagian besar sifat ibunya. Gaya bergaul yang supel dan sedikit tomboi, membuat Usbet mudah memperoleh sahabat. Setiap sahabat yang ia kenal dianggap sebagai saudara yang patut dibela dan dibantu saat mereka kesulitan.

Meski yatim sejak kecil, Usbet kini justru memiliki banyak keluarga. Tidak hanya keluarga di bawah satu atap rumah, Usbet juga kini memiliki keluarga di tempatnya bekerja, organisasi dan lembaga pendidikan nonformal yang digeluti.(azi/c)