25 radar bogor

Adopsi Gotong Royong Tempo Dulu

RELASI: Atiek foto bersama Kajari Cibinong, belum lama ini.

Dalam menjalankan advokasi, setiap pegiat sosial memiliki pengalaman berbeda. Atiek yang membangun jaringan melalui media sosial ini, mengaku memiliki banyak tamu dari masyarakat marginal perdesaan.

“Ada orang tua murid dari Rumpin yang datang minta tolong, karena anaknya dikeluarkan sekolah akibat tawuran. Alhamdulillah, setelah berkomunikasi dengan sekolah, mereka mau memasukkan anaknya dengan syarat,” tuturnya.

Dalam menjalankan kerja-kerja sosialnya, ia tidak pernah mengalami kesulitan berarti karena memang senang menolong orang lain. Atiek mengaku memiliki tim yang sejalan dengan keinginannya. “Sejak bergabung dalam komunitas ini, saya tekankan agar tulus menolong warga. Dan mereka bisa paham dengan segala konsekuensi,” tuturnya.

Sejak awal, Atiek membuat komunitas untuk wadah komunikasi dan perjuangan para pegiat sosial. Yang siap bekerja tanpa digaji dan muatan kepentingan pribadi. Karena itu, komunitasnya ia namakan MPB karena para pekerja yang ikhlas mendampingi masyarakat bisa dikategorikan pejuang.

“Sudah komitmen kami semua di MPB. Untuk tidak membawa partai politik, mengharap uang maupun jabatan. Murni semua karena nurani,” tuturnya.

MPB kini mulai melakukan pendampingan pada masyarakat ke semua sektor sosial. Seperti, pendampingan membuat identitas, BPJS, korban galian tambang, trafficking, hingga pengupayaan berbagai hal.

Upaya MPB berpusat pada kesadaran masyarakat dan pemerintah akan arti penting semangat gotong royong. Dengan kesadaran budaya kuno itu, kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan terbangun.

“Kalau para pemerintah dari RT sampai pemda menerapkan gotong royong, masyarakat akan tertolong,” tuturnya.(azi/c)