25 radar bogor

Persiapan Sudah Sembilan Puluh Persen

logo Cap Go Meh (CGM) 2018

BOGOR–RADAR BOGOR,Pelaksanaan Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2018 tinggal menghitung hari. Kini, persiapannya sudah menyentuh angka sekitar 90 persen. Namun, ada beberapa kendala yang perlu diselesaikan sebelum pelaksanaan pada Jumat, 2 Maret mendatang.

Ketua Panitia Bogor Street Festival CGM 2018, Arifin Himawan, menjelaskan bahwa masih ada beberapa titik jalan di Suryakancana yang rusak. Sehingga dikhawatirkan, jalan yang digunakan sebagai lokasi arak-arakan itu membuat suasana tidak kondusif pada hari pelaksanaan.

“Ada sebagian yang mungkin dari seniman ada yang membawa roda. Kalau jalannya berlubang ini sangat mengganggu. Bukan hanya roda, mungkin juga bisa saja mencederai penonton karena tidak melihat ada lubang,” kata pria yang akrab disapa Ahim itu kepada Radar Bogor, kemarin (21/2).

Untuk itu, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Kota Bogor guna mengomunikasikan segala keperluannya. Meski demikian, untuk mengantisipasi kejadian buruk pada hari H, menurut Ahim, pihaknya sudah menyediakan tim medis di sebanyak lima titik berbeda.

“Ada beberapa titik di sepanjang Jalan Suryakancana yang berlubang. Kita berharap ini bisa difasilitasi. Minimal H-1 sehingga pada hari H jalannya mulus,” ujarnya.

Bukan hanya soal jalan rusak, Ahim juga meminta agar Pemkot Bogor bisa berkoor­dinasi dalam hal penanganan sampah. Sebab, pada malam sebelum pelaksanaan CGM akan diadakan pertunjukan wayang di lokasi yang sama.

Ia berharap, petugas kebersihan bisa bergerak lebih cepat agar lokasi bisa steril dari sampah lebih awal.
Sementara itu, Pembina CGM Guntur Santoso mengatakan pelaksanaan CGM kali ini akan lebih memperbanyak unsur budaya. Ada beberapa pihak yang dilibatkan dalam kirab nanti.

“Kami ingin mempertahankan bahwa CGM menjadi ajang silaturahmi berbagai kalangan,” ujarnya, kemarin (21/2). Tak hanya itu, semangat gotong royong juga ditonjolkan dalam perhelatan akbar tahunan ini.

“Kami juga ingin menge­depan­kan ekonomi kerakya­tan. Misalnya melibat­kan sanggar-sanggar,” sambungnya. Meski menonjolkan keindone­siaan yang begitu beragam, tetapi kata Guntur, tetap mempertahankan kearifan lokal.(fik/c)