25 radar bogor

Langkah Konkret Membangun Keunggulan Kompetitif

Tulisan sebelum ini menggambarkan pentingnya competitive advantage atau keunggulan kompetitif usaha Anda agar lebih sukses lagi. Di samping tiga pilar penopang untuk membangun keunggulan –yaitu cost leadership, diferensiasi (faktor pembeda), dan fokus– tentunya Anda berkepentingan dengan cara-cara bagaimana menjaga kekuatan kompetitif tersebut berjalan berkesinambungan. Bukan musiman.

Banyak bisnis menjadi sia-sia, kehilangan arah, dan gagal memberikan manfaat kepada pemegang saham dan masyarakat karena sekali sukses, memiliki keungguklan kompetitif, tahun berikutnya melempem. Ini akibat para pengelolanya “angin-anginan”, cepat merasa sudah sukses, dan kurang giat belajar meningkatkan kompetensi. Benar?

Berdasarkan survei selama dua tahun terhadap 300 eksekutif bisnis di 200 multinasional dari berbagai bidang usaha di enam benua, termasuk di Indonesia, ada 15 kompetensi kepemimpinan yang harus dimiliki para pengelola usaha agar sukses di arena global.

Setelah melakukan validasi dan terbukti sukses membantu banyak organisasi, bahkan termasuk lembaga pemerintahan, hasil survei tersebut oleh institusi pelatihan kepemimpinan organisasi Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching (MGSCC) dibuatkan metode pelatihannya.

Sehingga dapat diterapkan di bidang usaha apa pun, untuk skala bisnis kecil, menengah, sampai kelas besar seperti General Electric, Microsoft, Hyatt, Johnson&Johnson – mereka sebagian kecil dari ribuan perusahaan yang sudah dibantu MGSCC.

Satu dari 15 kompetensi yang wajib dimiliki pengelola usaha adalah maintaining competitive advantage atau menjaga keunggulan kompetitif. Ini kompetensi yang diperlukan sepanjang hidup.

Langkah yang diperlukan untuk meraih dan menjaga keunggulan kompetitif meliputi:
Selalu berkomunikasi dengan tim secara positif, menjaga semangat agar mereka selalu menyelesaikan tugas dengan baik,Menjaga semua pihak, pimpinan dan tim, akuntabel atas hasil kerja masing-masing.

Menjadikan para pimpinan dan tim bukan sekadar SDM (sumber daya manusia), tapi merupakan intellectual capital (modal intelektual) organisasi, yang perlu terus meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan produk/jasa secara lebih cepat dan lebih bagus.

Mengikis atau mengeliminasi waste, kemubaziran, dan menghapus ongkos-ongkos yang tidak perlu.

Deliveri atau menyampaikan produk/jasa ke konsumen dengan excellent, secara istimewa, lebih cepat, dan menyenangkan pelanggan.

Ternyata semua langkah tersebut tidak ada yang “gawat” ya. Bukankah semua itu hal yang memang sepantasnya Anda kerjakan? Namun selama ini belum konsisten atau belum secara ajeg dilakukan dengan baik? Atau kurang Anda perdulikan, karena merasa dagangan sudah laku? Mohon waspada, kalau Anda mengingingkan usaha tumbuh dan bertahan lama.

Atau Anda belum tahu dengan persis agar dapat memimpin lebih efektif?
(www.nextstageconsulting.co.id, untuk konsultasi silakan kontak 085280538449)