BOGOR–RADAR BOGOR,Kepolisian Sektor Tanahsareal kembali menegaskan bahwa pemuda 28 tahun, Asep Kurniawan, yang diduga hendak merampok rumah warga di Perumahan Cimanggu City (BCC), Senin (19/2), adalah penderita gangguan jiwa. Kemarin (20/2) Radar Bogor mencoba mendatangi warga Kampung Kukupu RT 03/06 Tanahsareal tersebut.
Ditemui di rumahnya, pria berambut sebahu itu tampak sedikit rapi. Malam hari setelah ditangkap polisi, Senin (19/2), ia meminta polisi mencukur rambutnya di salon. ”Itu rumah saya, makanya saya ke sana,’’ tutur Asep, berbicara kepada Radar Bogor melalui jendela rumah.
Menurut bibi dari Asep, Ina (40), Asep adalah anak dari kakak kandungnya yang bernama Atih (50). Asep sejak kecil sudah menjadi yatim. Asep memiliki kakak bernama Asisah, tapi telah meninggal dunia di usia 37 tahun. Sementara sang ibu kini bekerja sebagai tukang sapu.
”Ibunya Asep (Atih) baru nikah empat bulan lalu. Kasihan kakak saya ini, pagi jadi tukang sapu, siangnya jadi pembantu,’’ tutur Ina.
Sebelum mengalami gangguan jiwa, kata Ina, Asep mengenyam bangku sekolah sampai SMK. Asep sempat bekerja beberapa hari tapi tak kuat lantaran dinginnya AC di ruangan tempatnya bekerja. Asep pun menyatakan berhenti.
Beberapa tahun belakangan, tingkah Asep mulai aneh. Ina kadang melihat keponakannya itu berbicara sendiri. Keluarga pun membawa Asep ke RS Marzoeki Mahdi.
”Tapi, dia selalu marah kalau diobati ke sana, nggak mau, nangis, kayak orang normal,’’ katanya.
Meski divonis dokter mengidap kelainan jiwa ringan, tak melulu Asep bertingkah aneh. Kadang ia hidup normal dan berbincang dengan kelurga. Bahkan membantu pekerjaan rumah.
”Kalau pikirannya lurus. Ya, biasa saja, mandi, salat,” ucapnya.
Sebelum ditemukan warga Bukit Cimanggu, Asep pergi tanpa pamit pada orang rumah. Siang itu, kata Ina, Asep meminta uang Rp2 ribu. Ia memohon maaf kepada warga yang merasa terganggu. Namun, sepengetahuan keluarga, Asep tidak pernah mengambil barang orang apalagi mengganggu milik orang.
Saat meninggalkan rumah, Asep menggunakan sepatu adik perempuannya.
”Dia pergi pakai sepatu adeknya yang perempuan, ada pitanya putih. Kalau orang normal jiwanya pasti malu kan,” tutur Ina.(don/c)