25 radar bogor

Diskusi Kebudayaan Beduk, Masjid, dan Islam Nusantara

PUKUL BEDUK: Pimpinan Yayasan Islamic Center Al Ghazaly yang juga Ketua MUI Kota Bogor KH Muhammad Mustofa Abdullah bin Nuh menabuh beduk dalam acara diskusi Kebudayaan Beduk, Masjid, dan Islam Nusantara, kemarin (18/2).

BOGOR-RADAR BOGOR,Beduk merupakan hasil budaya yang dapat bersanding dalam kehidupan umat Islam. Dalam sejarahnya, pada awal masa kerajaan di Indonesia, beduk merupakan alat tradisional.

Beduk juga disebut sebagai tanda berkumpul di alun-alun sejak abad pertama masehi. Sedangkan, pada masa perkembangan syiar Islam yang disyiarkan sembilan wali, fungsi beduk bertambah.

Untuk mengetahui lebih dalam, Yayasan Islamic Center Al Ghazaly menggelar diskusi Kebudayaan Beduk, Masjid, dan Islam Nusantara.

Laporan: M. Aprian Rhomadoni
Pimpinan YIC Al-Ghazaly KH Muhammad Mustofa Abdullah bin Nuh mengatakan, umat Islam dapat mengambil hikmah dengan menyegarkan kembali kolektif sejarah kebudayaan di Indoensia. Sebab, Islam di Indonesia memiliki tradisi kebudyaan yang berbeda dengan di negara lain.

Mulai dari di Tiongkok, tradisi Islam di Turki, subkontinen India, Islam Afrika.

“Juga tradisi di negara asalnya Arab Saudi sekalipun. Jadi, yang dipaparkan KH Tantowi Johari amat berkelas, bagaimana melihat tradisi dalam positif Islam,” ujarnya usai diskusi dengan tema ‘Antara Budaya dan Agama, Nusantara, dan Arab’, kemarin (18/2).

Menurut pria yang juga ketua MUI Kota Bogor ini, beduk bisa menjadi kebanggaan Kota Bogor. Sebab, beduk pertama di dunia terbuat dari bambu. “Inilah kebanggan kami, sangat inovatif, baru ada beduk yang terbuat dari bambu. Terus terang, kebanggaan kami membingkai identitas solid tentang keislaman nusantara ini,” papar pria yang disapa Kiai Toto ini.

Di tempat yang sama, Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Bogor, KH Hotimi Bahri menjelaskan bahwa beduk sudah ada sejak abad pertama masehi. Tradisi ini sudah mengakar di Nusantara dan menjadi tradisi di kala Islam masuk ke Indonesia. Hukum jika beduk masuk masjid adalah mubah.

Namun, kata dia, menjadi sunah jika bermanfaat dan menjadi pahala.

“Kembali ke ushul fiqih, hukum beduk mubah, kecuali ada hukum sifat yang berfungsi menjadi pahala dan bermanfaat. Ketika masuk masjid jadi pahala dan sunah,” tuturnya dalam diskusi ini juga diisi budayawan dan Pimpinan Pondok Pesnatren Al Wasilah, Garut, KH Tantowi Johari.

Sementara itu, Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN), memberikan beduk yang terbuat dari bambu oleh Profesor dr Endo Suanda, seniman bambu asal Bandung.

Endo menjelaskan, beduk lahir dari minatnya untuk mengembangkan teknik pengolahan bambu sebagai alternatif dari kayu. Beduk dari bambu ini, kata dia belum ada di dunia. “Kita bangsa yang kaya budaya, akan tetapi kita belum mampu mengelola budaya,” imbuhnya.(/c)