25 radar bogor

Tanpa Jembatan, Nekat Seberangi Sungai

BUTUH JEMBATAN: Aparat desa dan kecamatan meninjau lokasi sungai yang sering memakan korban jiwa karena warga kerap nekat melintasi jalur di tengah sungai ini.

CITEUREUP-RADAR BOGOR,Kali Cigede dan Kali Cileungsi yang ada di wilayah Desa Gunungsari, rupa­nya, sering menelan kor­ban jiwa. Lantaran, masya­rakat nekat menyeberang ka­rena lebih praktis, meski nyawa mere­ka terancam terseret aliran kali.

Kepala Desa Gunungsari Hendra Fermana mengatakan, dalam kurun waktu 2017–2018 sudah ada tujuh orang menjadi korban akibat keganasan arus air Kali Cigede dan Cileungsi. Masyarakat sekitar pun telah mengetahui hal itu. Namun tetap saja nekat.

“Korban kebanyakan dari Desa Gunungsari dan Desa Lulut yang berbatasan langsung dengan kali ini,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Hendra mengakui bahwa sebenarnya kali tersebut bisa dilintasi. Asalkan, debit air dalam keadaan normal. Namun, terkadang masyarakat tidak mengetahui bagaimana kondisi di hulu. Apakah debit air sedang normal atau tinggi. “Makanya, kadang-kadang arus air datang dengan debit besar dan membuat masyarakat kaget, itu yang sering menimbulkan korban,” tuturnya.

Ia melanjutkan, solusi terbaik memang harus ada jembatan penghubung antardesa, agar tak ada lagi masyarakat yang nekat dan malah menjadi korban.

“Kami sudah me­ngajukan melalui Musrenbang sejak 2013, namun sampai saat ini belum terealisasi,” ujarnya.

Hendra pun sering me­ngim­bau kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan desa agar tidak melintasi jalur kali. Apalagi saat air dalam kondisi tidak normal. Sebab, hal itu sangat membahayakan kesela­matan. Tetapi balik lagi, mas­yarakat melihat sisi ekono­misnya. “Karena jika mereka me­ngambil jalan memutar melalui Citeureup, dianggapnya cukup jauh dan memilih melewati kali,” imbuhnya.

Sementara itu, Camat Citeu­reup Asep Mulyana me­ngungkapkan bahwa jembatan yang diusulkan oleh pemerintah desa melalui musrenbang merupakan jembatan kali Cileungsi yang menghubungkan Desa Gunungsari Kecamatan Citeureup dengan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal. Namun, di wilayah Desa Lulut belum ada jalan yang representatif.

“Kita ingin tetap ada jembatan itu. Hanya, kalau dibuatkan untuk skala prioritas, kita masih belum bisa mengejar sesuai dengan pagu yang kita miliki,” ungkapnya.

Meski demikian, sambungnya, pihaknya juga sudah me­ngu­sul­kan melalui cara lain. Salah satu­nya, CSR. Namun, tetap harus ada pengkajian karena bentangan sungai yang lebar. “Kalau dibuat asal-asalan itu kami khawatir, karena debit air sering tinggi. Terpenting kita terus berusaha untuk mem­bangun jembatan itu,” pungkasnya.(rp2/c)