CITEUREUP-RADAR BOGOR,Kali Cigede dan Kali Cileungsi yang ada di wilayah Desa Gunungsari, rupanya, sering menelan korban jiwa. Lantaran, masyarakat nekat menyeberang karena lebih praktis, meski nyawa mereka terancam terseret aliran kali.
Kepala Desa Gunungsari Hendra Fermana mengatakan, dalam kurun waktu 2017–2018 sudah ada tujuh orang menjadi korban akibat keganasan arus air Kali Cigede dan Cileungsi. Masyarakat sekitar pun telah mengetahui hal itu. Namun tetap saja nekat.
“Korban kebanyakan dari Desa Gunungsari dan Desa Lulut yang berbatasan langsung dengan kali ini,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Hendra mengakui bahwa sebenarnya kali tersebut bisa dilintasi. Asalkan, debit air dalam keadaan normal. Namun, terkadang masyarakat tidak mengetahui bagaimana kondisi di hulu. Apakah debit air sedang normal atau tinggi. “Makanya, kadang-kadang arus air datang dengan debit besar dan membuat masyarakat kaget, itu yang sering menimbulkan korban,” tuturnya.
Ia melanjutkan, solusi terbaik memang harus ada jembatan penghubung antardesa, agar tak ada lagi masyarakat yang nekat dan malah menjadi korban.
“Kami sudah mengajukan melalui Musrenbang sejak 2013, namun sampai saat ini belum terealisasi,” ujarnya.
Hendra pun sering mengimbau kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan desa agar tidak melintasi jalur kali. Apalagi saat air dalam kondisi tidak normal. Sebab, hal itu sangat membahayakan keselamatan. Tetapi balik lagi, masyarakat melihat sisi ekonomisnya. “Karena jika mereka mengambil jalan memutar melalui Citeureup, dianggapnya cukup jauh dan memilih melewati kali,” imbuhnya.
Sementara itu, Camat Citeureup Asep Mulyana mengungkapkan bahwa jembatan yang diusulkan oleh pemerintah desa melalui musrenbang merupakan jembatan kali Cileungsi yang menghubungkan Desa Gunungsari Kecamatan Citeureup dengan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal. Namun, di wilayah Desa Lulut belum ada jalan yang representatif.
“Kita ingin tetap ada jembatan itu. Hanya, kalau dibuatkan untuk skala prioritas, kita masih belum bisa mengejar sesuai dengan pagu yang kita miliki,” ungkapnya.
Meski demikian, sambungnya, pihaknya juga sudah mengusulkan melalui cara lain. Salah satunya, CSR. Namun, tetap harus ada pengkajian karena bentangan sungai yang lebar. “Kalau dibuat asal-asalan itu kami khawatir, karena debit air sering tinggi. Terpenting kita terus berusaha untuk membangun jembatan itu,” pungkasnya.(rp2/c)