25 radar bogor

IPB Ajak Konsolidasi Sekolah Peternakan Rakyat

OPTIMALISASI: Peserta workshop menyimak pemaparan materi.

BOGOR–RADAR BOGOR, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Workshop Konsoli­dasi Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Ruang Sidang Senat, Gedung Rektorat Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor (5/2).

Ketua Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, Prof Dr Mien Achmad Rifai menyampaikan konsep SPR 1111 yang telah dikembangkan IPB sejak awal 2013 di Indonesia merupakan bentuk konsolidasi ratusan peternak di setiap lokasi SPR dengan skala kepemilikan 2-3 ekor sapi pedaging per peternak, hingga tercatat minimal seribu ekor sapi indukan. Jumlah ini, terangnya, dapat dipenuhi dalam satu desa atau lebih.

“IPB dengan sumber daya manu­sia dan Iptek-nya mening­katkan wawasan, pola manaje­men dan bisnisnya, serta keterampilan beternak bagi peternak di SPR tersebut, sehingga terbentuk mental peternak yang tangguh, bersatu, militan dalam berbisnis secara kolektif berjamaah,” ujar Prof Mien Achmad.

Untuk itu, Komisi Ilmu Penge­ta­huan Dasar AIPI memberi perhatian melalui penyeleng­garaan Konsolidasi Pengem­bangan SPR dengan tema Konsolidasi Peningkatan Kapa­sitas Peternak Rakyat.

Hal ini dimaksudkan agar mas­yarakat lebih siap, khususnya dalam rang­ka mencerdaskan para peter­nak yang umumnya ber­pen­didikan menengah ke bawah.

Acara konsolidasi ini meru­pa­kan salah satu rangkaian berba­gai kegiatan AIPI, yang dilaku­kan setiap tahun bekerja sama dengan berbagai pergu­ruan tinggi dan lembaga serta orga­ni­sasi ilmiah dalam kerangka public outreach dan science literacy.

Kegiatan di IPB ini diprakarsai oleh Fapet IPB, didukung oleh Badan Antariksa Nasional (Batan) dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). “Konsolidasi ini penting karena merupakan bagian dari visi dan misi AIPI yang baru berusia 28 tahun.

Usia yang sangat muda dibanding Akademi Ilmu Pengetahuan Belanda (KNAW) yang sudah berusia lebih dari dua abad, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat (NAS) yang didirikan oleh Presiden Abraham Lincoln pada tahun 1863,” paparnya.

Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi IPB, Prof Dr Dodik Nurochmat menga­takan konsolidasi tersebut itu penting, agar secara kelem­bagaan SPR profe­sional. “Pengelolaan se­perti SPR sudah dilakukan di negara mana pun. Mereka terkonsolidasi, tidak ada yang main sendiri.

Mereka menggaji manajer mengelola bisnis petani. Saya harapkan SPR akan mengarah ke sana. Ke depan harus kita gaungkan ke anak-anak muda dengan kon­sep modern,” ujar Prof Dodik.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Dr Prastowo menyampaikan bahwa di Indonesia telah terbentuk 26 SPR melalui LPPM IPB.

“Ke depan telah siap untuk direvitalisasi, tentu dengan prinsip melakukan perbaikan. Akhir 2017 lalu, hadir beberapa pihak menyatakan ingin berperan, di antaranya investor dari Jawa Timur, beberapa perusahan swasta, dan Infrabanx Kanada untuk Indonesia.

Infrabanx berencana mengembangkan seribu SPR. Ini suatu kebanggaan bagi kami,” kata Dr Prastowo.

Rangkaian acara diisi dengan penyampaian pandangan institusi terhadap penyeleng­garaan SPR, yakni dari Badan Tenaga Nuklir Nasional; Direk­torat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; Infrabanx dan AIPI. (cr1/c)