25 radar bogor

Cara Para Dokter Anak Hadapi Kasus Difteri

FIKRI SETIAWAN/RADAR BOGOR ANTISIPASI: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Perwakilan Wilayah Bogor, Depok, Sukabumi (Perwil Bodemi) membahas kasus difteri di RS PMI Kota Bogor, kemarin (11/2).

Maraknya kasus difteri, membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Perwakilan Wilayah Bogor, Depok, Sukabumi (Perwil Bodemi) merapatkan barisan. Mereka pun membedah metode mendiagnosis hingga penanganan difteri di gedung Flamboyan lantai 3 RS PMI Kota Bogor, kemarin (11/2).

Laporan: Fikri Setiawan

Ketua IDAI Perwil Bodemi, dr Djoko Setionegoro menjelaskan bahwa penyakit difteri lebih cenderung menjangkit manusia usia 5 hingga 9 tahun. Untuk itu, menurut Djoko, pihaknya berkewajiban me-refresh pengetahuan para anggota IDAI soal penyakit menular itu.

“Kan kita tahu di Jawa Barat termasuk daerah kejadian luar biasa (KLB) difteri. Jadi, untuk mengantisipasi difteri ini, kita me-refresh lagi pengetahuan terkait difteri,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Pengetahuan yang diulas dalam pertemuan yang dihadiri dokter anak di wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi itu, antara lain, terkait tata cara mendiagnosis seseorang terjangkit virus difteri. Kemudian, mengulas tata cara penanganan sementara pasien yang terindikasi difteri.

Dokter yang menjabat ketua Komite Medik di RS PMI itu mengatakan, difteri hampir serupa dengan penyakit radang tenggorokan. Untuk itu, menurutnya, masyarakat juga perlu mawas diri jika mengalami gejala-gejala difteri.

“Ini bisa dilihat, kalau difteri bisa dilihat tenggorokan atau amandel. Kalau terkena difteri sudah pasti warna putih di tenggorokan,” terangnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris IDAI Perwil Bodemi, dr Agung Indra Darmawan mengatakan bahwa Kota Bogor terbilang wilayah yang perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap difteri. Sebab, selama 2017 ada empat kasus difteri di Kota Bogor. “Empat kasus itu positif, kalau yang suspect banyak,” ujarnya.

Maka itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut memvaksin buah hatinya. Menurutnya, tidak ada alasan lagi masyarakat enggan menerima vaksin, karena kini biaya vaksin difteri sudah ditanggung pemerintah.(/c)