25 radar bogor

Banjir Kampung Bebek, Kedunghalang, Melawan Gulungan Bandang demi si Kembar

DONI/RADAR BOGOR SELAMAT: Pasangan suami istri Ates dan Siska menggendong kedua buah hati mereka yang selamat saat banjir menerjang Kampung Bebek, Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara.

BOGOR- RADAR BOGOR, Banjir yang menerjang Kampung Bebek, Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara menyisakan cerita menegangkan dari pasangan suami istri Ates Mayadi (42) dan Siskawati (40). Betapa tidak, mereka harus menyelamatkan bayi kembarnya yang berusia enam bulan, Azzahrah Alfatulnisa dan Siti Aulia Azzahrah.

Laporan: M. Aprian Romadhoni

Selasa (5/2) pagi itu jam menunjukkan pukul 08.20 WIB. Ates berkemas untuk segera keluar rumah. Dia menuju bibir sungai sambil memanggul cangkul di pundaknya. Ya, untuk menafkahi keluarga, Ates menjadi penggali pasir serabutan.

Rintik hujan tak menganggu tekadnya berburu pundi rezeki. Tak ada firasat sebelumnya. Di tengah cangkulannya ia melihat air seketika meluap.

“Waktu itu saya kepikiran langsung ke rumah. Saya tinggal saja hasil galian,” ujarnya saat ditemui Radar Bogor di kediamannya, Jalan Pangkalan I RT 02/10, Kampung Bebek, Kelurahan Kedung­halang, Bogor Utara.

Cangkul juga pasir dalam karu­ng tersapu derasnya su­ngai. Langkah Ates mulai cemas mencari sang istri. “Ayo Bu, airnya tambah tinggi,” katanya kepada sang istri.

Tatkala membenahi barang bawaan, air menerobos masuk rumah. Ketinggian terus ber­tam­bah dari semula semata kaki terus menaik menutupi lutut. Siska langsung menggen­dong Azzahrah.

Anak pertama dan keduanya, Rositawati (18) dan Putri Rahmawati (11) me­ma­nggil sang ayah seraya meng­gendong Aulia (kembaran Azzahrah). “Tapi, air sudah segini nih (menunjukkan tembok setinggi 110 cm). Kami khawatir jika keluar rumah air tambah deras,” ungkapnya.

Banjir di rumahnya bukan per­ta­ma kali, sebelumnya ha­nya berangsur singkat den­gan ke­tinggian 10 cm. Berbeda de­ngan yang dialaminya saat ini.

Selang satu jam, tim Tagana pun datang. Dengan peralatan lengkap, Tagana mengevakuasi satu per satu anak Ates ke dataran lebih tinggi. Di rumah itu tersisa Ates dan Siska sambil meng­gendong dua putri kembarnya yang masih enam bulan.

Tagana kemudian mengikatkan tubuh Ates seorang diri sambil mengangkat Aulia setinggi-tingginya. “Saya angkat Aulia kayak angkat barang karena air sudah tinggi,” ungkapnya.

Perlahan, Ates berhasil menu­ju dataran tinggi berjarak 100 meter. Setelah memberikan Aulia ke pangkuan dua kakak­nya, Ates kembali ke rumah untuk menjemput Azzahrah. “Ibu tunggu di sini, saya bilang gitu. Abis itu saya balik lagi, istri saya gendong,” tuturnya.

Bagi Ates, peristiwa itu men­jadi pelajaran yang diberikan Sang Pencipta. Senyum istri dan keempat anaknya, membuat Atep mengucap syukur. “Alhamdulillah, saya masih diberi umur dan anak-anak saya selamat,” akunya.

Meski tinggal di bangunan semipermanen dan berpenga­hasilan tak seberapa, Atep sela­lu berucap syukur. Dalam kon­disi itu dia masih bisa me­naf­kahi keluarga dan menye­kolahkan putri sulungnya hing­ga tamat SMA. Termasuk tempat tinggalnya.

Kendati berulang kali dilanda banjir, keluarga ini enggan mengungsi. “Saya sudah dari lahir di sini. Kalau harus pindah, ke mana? Rumah saya saja begini,” ungkapnya.(/d)