25 radar bogor

Pil KB Pengerem Endometriosis, Sesuai Resep, Aman Untuk Remaja

FOTO ILUSTRASI DIPERAGAKAN DYAH AYU UTAMI FOTO: GHOFUUR EKA/JAWA POS

Endometriosis masih misterius. Meski begitu, laju endometriosis bisa dikontrol melalui pengobatan. Bahkan, gangguan kesuburan yang jadi momok ini bisa ditekan.

ARIFIANI Fatima (25) mengalami endometriosis sebagaimana almarhumah ibunya. Di awal haid pada usia 14 tahun hingga kuliah, ada keluhan nyeri perut meski tak parah.

Memasuki bangku perguruan tinggi, keluhannya bertambah. Nyeri yang awalnya bisa diatasi dengan obat bebas dan kompres panas justru makin menjadi.

Dia bahkan pernah tiga hari absen karena nyeri hebat dan ”bocor” parah. ”Akhirnya, diantar ibu ke dokter,” ucap perempuan yang kini bekerja sebagai web designer paruh waktu itu.

Kombinasi rasa sakit dan volume darah menstruasi di atas normal itu, menurut dr. Jimmy Yanuar Annas, SpOG(K), merupakan ciri khas endometriosis. ”Ada yang merasa nyeri biasa padahal endometriosisnya parah, tapi ada juga yang sampai gulung-gulung meski kasusnya ringan,” beber spesialis kebidanan-kandungan yang berpraktik di Poli Fertilitas Graha Amerta RSUD dr Soetomo, Surabaya, tersebut.

Dokter yang juga berpraktik di RSIA Kendangsari itu mengungkapkan, endometriosis merupakan jaringan dinding rahim (endometrium) yang tumbuh di luar rahim. Jika tidak ada pembuahan, normalnya, endometrium luruh di masa menstruasi.

Ia akan dikeluarkan dari rahim bersama dengan darah haid. ”Endometriosis ini terjadi ketika alirannya nyangkut di ovarium, tuba falopi, atau organ di sekitar panggul,” lanjut Jimmy.

Di tingkat lanjut, rasa sakit kerap muncul sebelum haid. Dijelaskan Jimmy, ada teori yang menyebutkan bahwa endometriosis dipicu hormon estrogen yang tinggi. Peresepan pil KB dilakukan untuk mengontrol laju penyakit.

Dengan begitu, siklus ovulasi bisa ditekan. ”Pil KB bertujuan mengerem hormon estrogen sekaligus mengurangi intensitas menstruasi,” ungkap dr. Ira Anggreyani Rasjad, SpOG.

Efeknya, nyeri menstruasi berkurang dan pertumbuhan endometriosis pun ditekan. Ira berpendapat terapi tersebut aman untuk remaja. Dengan catatan, jenis dan dosis harus sesuai dengan resep dokter. ”Perlu dicatat, terapi pil KB ini sebagai kontrol. Bukan lantas menyembuhkan total,” tegas spesialis kebidanankandungan Siloam Hospitals Surabaya tersebut.

Terapi pil KB untuk endometriosis terbilang sama dengan pemakaian pil KB untuk kontrasepsi. ”Memang kulit jadi nggak jerawatan, tapi badan bengkak. Sebulan bisa naik 2,5 kg padahal sudah jaga makan dan rutin olahraga ringan,” kisah Fia, yang menjalani terapi pil KB sejak 2012.

Sulung di antara dua bersaudara itu risau pada rumor bahwa pengidap endometriosis bakal mandul. Bila ingin hamil, pasien endometriosis akan diminta untuk menghentikan terapi pil KB. ”Biasanya, 2–3 bulan sebelum program kehamilan, calon ibu harus stop minum pil KB. Tujuannya, siklus hormonal kembali normal,” ungkap Jimmy. (fam/c11/nda)