25 radar bogor

Perjuangan Siswa SDN Cipinang 01 Belajar di Selasaran, Bubar ketika Hujan Turun

TERPAKSA: Para siswa SDN Cipinang 01 Rumpin memanfaatkan selasar untuk belajar karena atap kelasnya roboh.
TERPAKSA: Para siswa SDN Cipinang 01 Rumpin memanfaatkan selasar untuk belajar karena atap kelasnya roboh.

Menimba ilmu di Kabupaten Bogor nyatanya tak mudah. Tak ubahnya seperti menimba ilmu di pedalaman Indonesia. Keterbatasan fasilitas masih menjadi masalah. Seperti yang dialami siswa SDN Cipinang 01, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, yang atap kelasnya kembali ambruk. Sehingga, membuat mereka kembali harus belajar dalam ketidaknyamanan.

Laporan : Muhamad Arifal Fajar

Kamis (25/1), mentari me­milih bersembunyi di balik mendung. Sedari pagi, mata­hari enggan menyapa para siswa dan guru di SDN Cipinang 01. Apalagi ditambah kon­disi kelas mereka yang tak men­dukung untuk belajar. Padahal, sekilas teras depan kelas mereka tampak bagus karena belum lama diperbaiki.

Namun, ketika wartawan ko­ran ini masuk ke kelas, kon­disinya tidak memungkin­­kan karena berbahaya jika anak-anak tetap belajar di dalam­nya. Sehingga, menam­bah kela­bu suasana dan kondisi di seko­lah tersebut.

Kendati demikian, hal tersebut tak menjadi halangan untuk mereka datang ke sekolah. Mereka tetap berjuang keras untuk bisa tetap belajar meskipun kelas mereka tak bisa lagi dipakai belajar.

Maklum, saat ini kondisi kelas mereka masih ditutup karena ambruknya plafon beberapa waktu lalu. Sehingga, hanya selasaran berukuran 2,5 meter x 6 meter saja yang menjadi tempat belajar mereka.

”Ayo anak-anak buka bukunya. Hari ini belajar di teras lagi ya,” ucap Kepala SDN Cipinang 01 Umamah saat mengajak muridnya belajar. Seketika itu juga para siswa berlari, kemudian membuka sepatu dan mencari posisi duduk.

Ada yang bersandar ke tembok, ada yang memilih di tiang bangunan, bahkan ada pula yang masih berleha-leha. Mereka pun mulai membuka buku tulis. “Ibu guru ayo mulai belajarnya,” ucap salah satu siswa sembari tertawa kecil.

Ya, meski belajar di selasaran dengan keterbatasan, para siswa tampak semangat. Bagi mereka, tak ada kelas, selasar pun jadi. Yang terpenting bisa mendapat ilmu untuk bekal kelak nanti. ”Gak apa-apa, yang penting masih bisa belajar,” aku Elipiah (12), siswa kelas VI SDN Cipinang 01.

Kegiatan belajar-mengajar pun dimulai. Satu per satu materi disampaikan. Namun, semua siswa dan guru dibuat terkaget. Tiba-tiba, brak…suara keras benda jatuh terdengar kencang. Suara itu berasal dari robohnya atap kelas V SDN Cipinang 01. ”Ya Allah roboh lagi,” tutur Erni, guru SDN Cipinang 01.

Ia bersama guru dan pen­jaga sekolah langsung menuju ke­las tersebut. Mereka mem­ber­sih­kan puing-puing atap dan plafon yang ambruk. Se­le­­sai merapikan, kegiatan bela­jar mengajar kembali di­lan­jut­kan. Namun, ujian kem­bali ha­rus diterima para guru dan siswa SDN Cipinang. Hu­jan mengguyur deras disertai angin kencang.

Para siswa pun langsung mengambil sepatu mereka dan bersandar pada tembok kelas. Ya, hujan memaksa kegiatan belajar tertunda kembali. Lagi dan lagi. Para siswa terpaksa berdiri. Hujan yang turun begitu deras menyebabkan sekolah kebanjiran. Air mengalir dari ruang kelas ke selasaran. “Banjir bu guru, banjir..,” teriak beberapa siswa kelas VI SDN Cipinang.(*/c)