JAKARTA–Memasuki musim panen di beberapa sentra produksi turut memengaruhi harga di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang turun Rp200–Rp300. Begitu pula dengan harga gabah seperti di wilayah Sumatera Selatan yang anjlok hingga Rp800. Padahal, diketahui beras impor yang didatangkan dari Thailand dan Vietnam belum masuk.
Menurut pengamat kebijakan pangan, Dr Yanuar Rizki, kondisi ini mengindikasikan soal harga beras di konsumen tidak lebih dari permainan isu dan bukan terkait kondisi riil.
“Kalau pasokan masih sama, tapi harga bisa turun karena persepsi ada impor beras dan harga gabah turun, maka ini membuktikan soal harga beras di konsumen lebih kepada permainan isu bukan kondisi riil,” ujarnya akhir pekan kemarin.
Sebab, menurut Yanuar, kondisi riilnya beras impor sendiri belum masuk ke Indonesia tapi harga sudah bisa turun. Jadi, tanpa tambah pasokan impor pun bisa turun dari sisi supply-demand di stok beras.
“Justru, sekarang yang jadi korban adalah petani harga gabahnya turun ditekan oleh isu impor,” katanya.
Yanuar menambahkan, persoalan hulu di petani dan hilir dikonsumen sebenarnya bisa dijaga dan dikelola lebih baik. Namun, isu impor beras ini menjadi sangat kontraproduktif terhadap seluruh sistem pertanian nasional yang dengan susah payah dibangun.
Yanuar menilai fakta ini memberikan bukti bila persoalan harga beras dan harga gabah sebenarnya hanya permainan para pedagang dan importir.
“Ini fakta jangka pendek, soal harga beras dan gabah hanya jadi permainan para pedagang dan importir,” tandasnya.
Sabtu (27/1) lalu, harga beras mengalami penurunan sebesar Rp25 hingga Rp575 per kg.
Beras jenis IR64-II sebelumnya Rp12.075, turun Rp300 menjadi Rp11.775 per kg. Beras IR64-III semula Rp8.900, turun Rp250 menjadi Rp8.650 per kg.
Beras IR64-I semula Rp12.650, turun Rp175 menjadi Rp12.475 per kg. Beras ketan putih biasa semula Rp23.575 turun Rp 575 menjadi Rp23 ribu per kg.
Sumber data www.infopangan.jakarta.go.id, harga beras IR42 pera Sabtu (27/1) di Jakarta Pusat Rp11.875 turun Rp456 per kg. Demikian pula harga gabah mengalami penurunan hingga Rp800 seperti yang dialami petani di Sumatera Selatan.(jpnn)