25 radar bogor

Masih Butuh Bantuan Logistik

(Nelvi/ Radar Bogor) AMBRUK: Mensos Idrus Marham bersama Nasrudin, warga yang rumahnya hancur karena gempa di RT 01/04, Kampung Tarikolot, Desa Kuta, kemarin.
(Nelvi/ Radar Bogor)
AMBRUK: Mensos Idrus Marham bersama Nasrudin, warga yang rumahnya hancur karena gempa di RT 01/04, Kampung Tarikolot, Desa Kuta, kemarin.

BOGOR-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, aktivitas gempa susulan mulai menurun dan hingga kemarin (27/1) sudah mencapai 58 kali. Namun, warga yang rumahnya rusak masih mengungsi dan tinggal di dalam tenda. Termasuk di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung.

Polres Bogor bahkan kembali mengirimkan bantuan pada pengungsi korban terdampak gempa tersebut. Sebab, pengungsi masih membutuhkan makanan dan keperluan bayi.

Kepala Sub Bagian Humas Polres Bogor AKP Ita Puspita Lena mengatakan, sejauh ini kepolisian telah mengirimkan sedikitnya 1.000 makanan cepat saji dan ratusan makanan ringan sejak sehari pascagempa atau Rabu (24/1). “Ada juga puluhan dus air mineral dan 150 terpal,” tuturnya ketika dikonfirmasi, Sabtu (27/1).

Ita menjelaskan, jumlah bantuan masih bisa bertambah apabila diakumulasi dengan bantuan yang ada di polsek-polsek. Seluruhnya akan disalurkan secepat mungkin karena bantuan logistik dan terpal masih dibutuhkan di lokasi pengungsian.

Tidak hanya itu, personel polisi juga disiagakan di lokasi bencana, baik dari polres maupun polsek. “Selain menjaga keamanan pengungsi, kegiatan polisi di sana termasuk membuka akses jalan dan membantu warga yang membutuhkan pengobatan,” ujar Ita.

Pelaksana Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Suhandri menuturkan, banyak bantuan logistik di Desa Malasari. ”Dinsos sendiri sudah mendistribusikan bantuan logistik sejak Kamis berupa sembako, matras, terpal, dan lainnya,” ujarnya.

Suhandri menambahkan, yang selanjutnya dibutuhkan pengungsi di sana adalah rehabilitasi dan rekonstruksi. ”Selanjutnya itu menjadi tanggung jawab BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bogor,” katanya.

Sementara itu, kemarin (27/1) Menteri Sosial Idrus Marham juga mendatangi para korban gempa di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung. “Saya datang untuk bertemu warga terdampak gempa, memastikan mereka telah menerima bantuan dan perlindungan yang layak,” ujarnya.

Ia menegaskan, penyaluran seluruh bantuan harus merata dan proporsional sesuai kebutuhan di lapangan. Pihaknya juga terus memonitor dan meminta tim untuk menyisir para korban gempa.

Menurutnya, total bantuan yang disalurkan untuk gempa di Banten dan Jawa Barat sebesar Rp2,5 miliar dalam bentuk logistik, santunan untuk ahli waris dua korban meninggal, serta kendaraan siaga bencana berupa mobil tanki air.

Mensos mengatakan, ada tiga hal yang dilakukan secara bertahap yakni membangun tenda dan dapur umum untuk pengungsi, memberikan bantuan untuk rumah yang rusak akibat gempa dan menyiapkan jaminan hidup.

“Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial ini diberikan jika semua persyaratan telah terpenuhi dengan dilakukan asesment dan penilaian langsung di lapangan oleh petugas pusat dan Dinas Sosial,” paparnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Ditjen Linjamsos), jumlah korban meninggal sebanyak dua orang, korban luka-luka sebanyak 16 jiwa, dan 878 jiwa mengungsi.

Jumlah pengungsi terbanyak di Kabupaten Lebak sebanyak 460 jiwa, Kabupaten Bogor sebanyak 378 jiwa, dan Sukabumi sebanyak 40 jiwa. Guncangan gempa juga menyebabkan 602 rumah rusak berat dan sebanyak 3.284 rumah rusak ringan.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat juga telah menginstruksikan Dinas Sosial Provinsi Banten dan Jawa Barat serta Taruna Siaga Bencana (TAGANA) melakukan distribusi logistik ke lokasi terdampak.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Arifin Harun Kertasaputra mengatakan, di Kabupaten Bogor penduduk yang terdampak mencapai 564 kepala keluarga terdiri dari 1.414 jiwa.

”Langkah yang utama melakukan perlindungan sosial terlebih dulu. Pokoknya bagaimana caranya, jangan sampai tidak ada yang makan, jangan sampai tidak bisa tidur nyenyak,”tambahnya.

Kepala Bidang Gempa Bumi dan Informasi Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, sampai Sabtu (27/1) malam, belum terekam ada gempa susulan yang terjadi di Banten Selatan. Tren peluruhan gempa yakni 35 kali pada Selasa, 15 kali pada Rabu, dan masing-masing di bawah 5 kali pada Kamis dan Jumat. ”Frekuensi kejadiannya sudah menurun drastis,” katanya.

Meski demikian, kekuatan gempa susulan tampak fluktuatif. Kadang naik, kadang turun. Tetapi secara umum polanya sudah melemah. “Diperkirakan sekitar seminggu ke depan aktivitas gempa susulan akan berakhir,” lanjutnya.

Menurut dia, masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir. Gempa susulan lazim terjadi di setiap waktu pasca terjadinya gempa besar. Gempa susulan memiliki karakteristik kekuatannya kecil dan tidak membahayakan.

Malahan, gempa susulan sebaiknya harus terjadi agar akumulasi energi yang tersisa di sekitar pusat gempa segera habis sehingga kondisi menjadi normal kembali.

Melihat tren data gempa susulan yang ada, Daryono optimistis tampak sangat kecil kemungkinan akan terjadi gempa susulan yang lebih besar melebihi gempa utama 6,1 SR pada Selasa 23 Januari 2018 lalu. ”Masyarakat diimbau tidak mudah panik. Kita harus bersabar menunggu proses gempa susulan berakhir,” ujarnya.(nal/cr1/ran/c)