25 radar bogor

Ketika Pengelola Museum Perjuangan Berusia 90 Tahun Memilih Mundur

NELVI/RADAR BOGOR MUNDUR: Pengelola Museum Perjuangan Bogor Marjono menunjukkan salah satu koleksi museum.
NELVI/RADAR BOGOR
MUNDUR: Pengelola Museum Perjuangan Bogor Marjono menunjukkan salah satu koleksi museum.

Museum Perjuangan menjadi salah satu simbol perjuangan di Kota Bogor. Museum yang awalnya dikelola yayasan kini diambil alih Pemerintah Kota Bogor. Sebab, sang pengelola, Marjono memilih mengundurkan diri. Apa alasan pria yang berusia hampir 90 tahun itu?

Laporan: M. Aprian Romadhoni

Ketua Yayasan Museum Perjuangan, Marjono mengaku mengundurkan diri lantaran usianya yang mendekati 90 tahun. Menurut mantan pejuang ini, Museum Perjuangan adalah simbol perjuangan. Di sisa usianya, Marjono tetap menghidupi museum tersebut semampunya.

Misalnya, menggunakan halaman museum menjadi warung kopi dan usaha sablon. “Ini untuk tambah pemasukan. Karena mau siapa lagi. Penjaganya sudah sukarela tidak digaji,” kata Marjono.

Kakek yang masih lancar bicara ini mengisahkan, sekitaran gedung yang dulunya adalah komplek Belanda dikenal sebagai kawasan Kota Paris. Di jalan itu menjadi saksi perjuangan rakyat Indonesia.

Oleh karenanya, dia berpesan agar generasi muda Kota Hujan mencintai museum. “Ini adalah saksi sejarah. Di sini ada baju pejuang termasuk pak Kapten Muslihat,” pungkasnya.

Pengunduran diri Marjono disampaikan melalui surat pernyataan yang ditandata­nganinya kepada Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman, kemarin (23/1).

Di hari itu juga, Usmar segera menggelar rapat bersama pengurus Yayasan Museum Perjuangan di ruang Paseban Narayana, Balaikota Bogor.

Hadir dalam rapat kemarin, Dandim 0606/Kota Bogor Letkol Arm Doddy Suhadiman, perwakilan Korem 061 Suryakancana, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor Shahlan Rasyidi dan pengurus DK3B Kota Bogor.

Usmar mengatakan, sejak 2010, saat masih duduk di DPRD Kota Bogor dirinya sudah diminta membantu membenahi Museum Perjuangan Bogor. Permintaan itu dipenuhi sampai akhirnya Museum Perjuangan mendapat bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

“Namun, karena regulasi berubah pada 2013 Museum Perjuangan sulit mendapatkan bantuan sehingga berjalan dengan kemampuannya sendiri,” katanya dalam pertemuan.
Usmar mengakui, pemkot sudah mengindentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengelolaan manajemen museum agar lebih baik lagi. Mengingat, Museum Perjuangan merupakan bukti sejarah bagi anak cucu generasi penerus.

“Ini bukti sejarah perjuangan Bogor, bangsa dan NKRI. Kami sangat menghargai pak Marjono karena beliau satu-satunya orang yang sangat peduli terhadap museum,” katanya.

Usmar melanjutkan, setelah Marjono membuat surat pengunduran diri, pemkot melakukan rapat untuk menerima masukan-masukan. Terutama apa dan harus bagaimana nasib Museum Perjuangan ke depannya.

“Dari masukan-masukan ini kemudian akan dirumuskan secara bersama agar bisa menghasilkan kepengurusan yang betul-betul bagus. Apakah ke depannya Museum Perjuangan akan berbentuk yayasan atau bentuk lain,” jelasnya.

Keputusan ini, lanjut Usmar, tergantung kepada output dan pembahasan berikutnya yang akan dilaksanakan di Disparbud Kota Bogor. “Kalau badan hukumnya boleh saja yayasan ataupun nanti masuk di unit kegiatan Disparbud karena di sana ada seksi permuseuman, atau bisa juga oleh Kementerian Pertahanan,” pungkasnya.(/c)