25 radar bogor

Prof Rina Oktaviani Tutup Usia di Malaysia

KENANGAN: Prof Rina Oktaviani saat memaparkan tentang pertanian khususnya kaitan dengan dunia ekonomi beberapa waktu lalu.

BOGOR–Keluarga besar Ins-titut Pertanian Bogor (IPB) berduka. Guru besar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) IPB, Prof Rina Oktaviani tutup usia di Malaysia, kemarin (21/1).

Informasi yang didapat, perempuan kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1964 itu wafat karena sakit pada pukul 09.27 waktu Malaysia. Kepergian istri Aip Yusron ini pun membuat banyak pihak terpukul. Termasuk salah satu mahasiswanya di IPB, Endang Gunawan.

Menurut dia, Prof Rina dikenal sebagai orang yang baik dan menjadi panutan mahasiswanya. “Ngajarnya enak. Beliau pintar, cerdas serta energik,” kata mahasiswa pascasarjana itu kepada Radar Bogor, kemarin.

Endang mengaku sangat kehilangan sosok dosennya tersebut. “Semoga beliau husnul khatimah,” imbuhnya.

Rekan seprofesinya di IPB, Dr Rinekso Soekmadi, menilai Prof Rina sebagai sosok guru besar yang sangat aktif dalam tugas Tridharma. “Beliau berdedikasi tinggi. IPB pasti sangat kehilangan,” kata Rinekso.

Prof Rina merupakan lulusan sarjana dan pascasarjana IPB pada 1987 dan 1990 di bidang agribisnis. Ibu dari Nayla Fahira dan Raziq Aiman ini menamatkan studi S-3 di Universitas Sydney pada 2001 dengan fokus studi International Trade and Economics Policy Analysis.

Prof Rina sempat ikut serta dalam pemilihan rektor IPB periode 2017-2022. Namanya masuk dalam deretan satu dari 24 bakal calon rektor. Perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala Departemen Ilmu Ekonomi itu mewakili Fakultas Ekonomi dan Manajemen bersama Dr Bayu Krisnamurthi dan Prof Hermanto Siregar.

CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu sempat berdiskusi dengan Rina di tengah-tengah kesibukannya mengajar. Dalam diskusi tersebut, Rina sempat mengungkapkan satu pemikiran besar tentang paradigma pertanian yang selama ini dianut sistem pertanian Indonesia haruslah berubah.

“Kita harus menggeser paradigma pertanian yang ada di pikiran masyarakat. Mereka tahunya bahwa pertanian itu bertanam, menumbuhkan sesuatu, padahal seharusnya tidak hanya itu. Pertanian juga adalah bagaimana mengolah dan memasarkan. Itu yang perlu diedukasi,” ujarnya saat itu.(fik/c)