25 radar bogor

Difteri Serang Remaja Bogor

ilustrasi
ilustrasi

BOGOR–Jangan anggap remeh ancaman difteri. Angka pen­deritanya di Kota dan Kabu­paten Bogor terus bertambah. Bu­kan hanya balita, pasien positif difteri di Kota Hujan justru mayoritas remaja.

Sepanjang Desember 2017 hingga pertengahan Januari ini, sudah tiga remaja positif difteri dan satu remaja suspect difteri di Kota Bogor. Mereka berasal dari wilayah dekat perbatasan dengan Kabupaten Bogor yakni Bogor Timur, Bogor Utara, dan Bogor Selatan.

Berkat penanganan yang cepat, ketiga pasien positif sudah dinyatakan sembuh, sementara satu pasien suspect difteri masih dalam penanganan intensif.

”Sebelumnya dirawat intensif di rumah sakit, lalu hasil pemeriksaan pasien kita kultur (analisis), kirim sampel cairan tenggorokan ke laboratorium di Jakarta. Positif. Setelah diobati, sudah sembuh semua,’’ ujar Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bogor dr Lindawati kepada Radar Bogor kemarin (17/1).

Menurut Linda –sapaan Lindawati– seluruh pasien positif difteri itu berada di rentang usia belasan tahun. Melalui pemeriksaan mendalam, diketahui para penderita mengalami masalah dengan imunisasi. Ada yang pernah diimunisasi tapi tidak lengkap. Ada juga yang tidak pernah mendapat imunisasi sebelumnya. Kemudian ada pasien yang lupa atau tidak tahu pernah diimunisasi atau tidak, karena orang tua korban sudah lama meninggal.

Setelah menerima tiga pasien positif difteri itu, dinas kesehatan buru-buru berkoordinasi dengan muspika setempat. Muspika kemudian men-sweeping dugaan penderita dan anak-anak untuk segera diimunisasi. ”Kami mengingatkan kepada masyarakat untuk segera membawa putra-putri balita mereka ke posyandu. Segera diimunisasi. Itu hak anak agar bisa tumbuh sehat dan terhindar dari ancaman penyakit,’’ tegas Linda.

Dia menjelaskan, rangkaian imunisasi pada manusia yakni bayi usia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan. Kemudian imunisasi ulangan pada usia 18 bulan, dan kelas 1, 2, dan 5 SD pada saat bulan imunisasi anak sekolah. ”Total tujuh kali imunisasi. Dengan imunisasi lengkap, insyaallah kekebalan tubuh akan terbentuk,’’ jelasnya.

Di sisi lain, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mencatat, di awal Januari 2018, sudah dua orang suspect difteri. Satu orang terdeteksi berusia 4 tahun, dari Jasinga. Sedangkan satu lainnya dari Cipayung berusia 40 tahun. Sehingga sedari 2017–2018, tercatat total ada 26 warga Kabupaten Bogor yang suspect difteri, dan tiga di antaranya positif.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Bogor, Adang Mulyana mema­parkan, kondisi kedua warga yang suspect tersebut berada di dua rumah sakit berbeda. Yakni, RSUD Ciawi dan RSPI Jakarta.

”Langsung dirujuk ke rumah sakit. Harus segera mendapatkan serum antidifteri, adanya di pusat. Kalau ada kasus kemudian diberikan ke pusat, kata tim ahli harus mendapatkan ADS, harus segera diberikan,” kata Adang.

Memang, kasus difteri cukup membuat dinas kesehatan kewalahan. Karena semua suspect harus diperiksa sampel cairan tenggorokan di laboratorium di Jakarta. Waktu pemeriksaan laboratorium pun cukup lama. Selagi menunggu hasil lab, rumah sakit hanya bisa memberikan pasien perawatan sesuai keluhan, seperti demam dan lainnya.

”Tetap waspada. Kalau dilihat kasus, di sekeliling Kabupaten Bogor, risiko menjadi KLB itu ada. Agar tidak terjadi maka dilakukan berbagai antisipasi,’’ tukasnya.

Terpisah, Kementerian Kesehatan RI mengakui terjadi permintaan yang tinggi kebutuhan vaksin difteri dari daerah-daerah terutama daerah KLB Difteri akibat merebaknya penyakit menular ini.

Padahal, persediaan vaksin hanya untuk imunisasi yang rutin sehingga Kementerian Kesehatan belum dapat memenuhi.

“Jadi memang demand meningkat. Sebenarnya kebutuhan vaksin kita hanya untuk imunisasi rutin saja, tapi kemudian karena ada KLB, terjadi peningkatan kebutuhan sehingga di akhir tahun tidak bisa lakukan pengadaan, tetapi di awal tahun,” jelas Subdit Survaillence Kemenkes RI dr Nancy kepada pewarta kemarin.

Namun, dia memastikan pekan depan akan segara mendistribusikan kebutuhan vaksin difteri di daerah-daerah seluruh Indonesia, terutama daerah yang ditetapkan KLB Difteri termasuk Jawa Barat. ”Kami dari Kemenkes lagi ada beading pengadaan vaksin. Insyaallah minggu depan vaksin akan kami distribusikan ke daerah-daerah,” ungkapnya.

Sambil menunggu keberadaan vaksin, pemerintah daerah bersama seluruh stakeholder harus melakukan upaya internal dengan menggalakkan pola hidup bersih sehat.

“Jika batuk dan pilek biasakan mengenakan masker. Juga biasakan mencuci tangan. Bagi bayi lengkapi imunisasi bisa ke puskesmas atau praktik mandiri. Di sekolah kalau ada imunisasi anak-anak harus ikut. Karena pencegahan difteri dengan memberikan kekebalan pada anak-anak melalui imunisasi,” terangnya.

Nancy juga memastikan vaksin difteri telah melalui proses higienis dan ketat sehingga tidak terpapar dengan zat yang berasal dari babi. “Sama sekali tidak terpapar, aman dan jangan ada kekhawatiran,” ucap Nancy. (ric/wil/d)