25 radar bogor

Cerita di Balik AKBP Rantau Juarai Lomba Menembak

DOK. PRIBADI BERPRESTASI: Wakapolresta Bogor Kota AKBP Rantau Isnur Eka saat menerima penghargaan dalam kompetisi menembak IPSC di Jakarta.

BERPRESTASI: Wakapolresta Bogor Kota AKBP Rantau Isnur Eka saat menerima penghargaan dalam kompetisi menembak IPSC di Jakarta.

Selain lihai mengungkap kasus hingga membuat para penja­hat tak berkutik, Wakapol­resta Bogor Kota AKBP Rantau Isnur Eka juga lihai menembak. Pria kelahiran Jakarta 25 Januari 1974 ini bahkan menyabet juara menembak dalam ajang bergengsi di ibu kota.
Seperti apa cerita di balik prestasi­nya itu?

Laporan: Usman Azis

Ditemui di Mapolresta Bogor Kota, AKBP Rantau mengatakan, sejak dulu dia memang hobi menembak. Di tengah kesibukannya, ayah tiga anak ini pun menyempatkan diri untuk berlatih.

Tak hanya itu, Rantau juga kerap mengikuti kegiatan di Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin). Nah, saat ada pengumuman kompetisi menembak International Practical Shooting Confederation (IPSC) Open Championship 2018 Level II di Jakarta, mantan Kapolres Lahat itu pun mengikutinya.

“Pesertanya ada dari negara lain seperti Malaysia dan Thailand. Saya coba-coba dan masuk terbaik kedua kategori senjata laras panjang dan terbaik ketiga senjata laras pendek,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Hobi menembak yang dimilikinya tentu tak terlepas dengan profesinya saat ini. Padahal sejak kecil, Rantau sempat bercita-cita menjadi direktur perusahaan. Namun, kedua orang tuanya menyarankan agar Rantau mendaftarkan diri di Akademi Kepolisian (Akpol).

“Ayah saya minta agar saya menjadi polisi. Sebagai anak yang patuh saya ikuti arahan dan terus kembangkan diri dengan pendidikan dan pelatihan, hingga bisa seperti saat ini,” ujar pria yang suka makan sayur ini.

Alhasil, Rantau lulus menjadi polisi yang tangguh dan teruji di segala medan. Dalam perjalanan tugasnya, mantan Kapolres Empat Lawang, Sumatera Selatan, itu banyak menemui kisah menegangkan bahkan mengancam nyawanya.

Di antaranya, Rantau yang sempat menjadi prajurit Brimob pernah nyaris tewas tertembak sniper lawan. Peristiwa itu terjadi saat dirinya mengikuti Operasi Sadar Rencong Aceh pada 1998-2004 silam.

“Kepala saya dibidik lawan. Untungnya komandan saya menarik kaki saya hingga saya terjatuh dan terselamatkan,” kata suami Dwi Rini tersebut.

Tak selesai sampai di situ. Terdapat beberapa operasi yang pernah ia lakukan di Aceh, antara lain, Ops Cinta Meunusah Aceh, Ops Cinta Meunusah 1 Aceh, Ops Kamtibmas Kalimatan Tengah, Ops Sadar Malio Poso, Ops Cinta Damai Aceh, dan Ops Tegak Rencong Aceh.

“Semua operasi punya cerita tersendiri. Hanya, cerita saya diselamatkan oleh komandan saya itu yang hingga saat ini masih saya ingat,” tuturnya.

Selain di Aceh, beberapa operasi juga dialaminya seperti Ops Pengamanan PT Freeport di Papua, Ops AMD Gab TNI di Riau serta Ops PBB Perdamaian Dunia (Unamed Mission Dafur Sudan).

Ambisinya menjadi lebih baik sangat terlihat jelas dari segudang kejuruan yang ia tempuh. Beberapa pendidikan dilakoninya dalam dan luar negeri. Meski butuh perjua­ngan, Rantau pun mampu melewatinya seperti Das Pa PM, SAR Polri, Scuba, Wan Teroro, KI BI, Scuba Lanjutan (open Water one Star), Ham UNHCR, Latsarnas Se-Sumatera, Polica Thai Tower Jumping Training, Coe Spu Italy, Scic 26 Ilea Bangkok, Dikjur Pola Penugasan (Limdik­pol), Mop, Crisis Negitation Course/Jclec dan terakhir pendidikan kejuruan Propam. “Prinsip saya memberikan yang terbaik untuk negeri ini dengan menjalankan tugas sebaik mungkin,” kata lulusan PTIK angkatan 42 Tahun 2006 itu.(/c)