25 radar bogor

Cariu tak Terpengaruh Beras Mahal

SWASEMBADA: Lahan pertanian di Cariu sebagai penghasil beras.
SWASEMBADA: Lahan pertanian di Cariu sebagai penghasil beras.

TANJUNGSARI–Di saat warga menjerit pada meroketnya harga beras, warga Kecamatan Cariu-Tanjungsari nampak tak terpengaruh sedikit pun. Pasalnya, warga dua kecamatan itu masih mempertahankan lahan area tanamnya untuk ditanami padi.

Data yang diperoleh Radar Bogor, hasil rata-rata per satu hektare lahan sawah mencapai 6,4 ton gabah kering giling (GKG). Jika dikalikan dengan jumlah luas sawah 5.176 ha (luas sawah Cariu dan Tan­jungsari), hasil tiap panen adalah 33.126,4 ton GKG.

Umumnya, nilai konversi GKG menjadi beras adalah 65 persen. Maka, dari total 33.126,4 ton GKG akan di­peroleh 21.532,16 ton setara beras da­lam satu musim panen. Jadi, dalam setahun dua kali pa­nen mencapai 43.064,32 ton beras.

Hitungan itu belum ditambah sawah yang tanam tiga kali, yang hasilnya bisa lebih dari 43 ribu ton beras. Terkait kebutuhan beras, umumnya warga mengonsumsi beras 98 kilogram per tahun. Maka, dari total 93.724 jiwa –jumlah penduduk warga Cariu dan Tanjungsari– akan menghabiskan 9.185 ton beras per ta­hunnya.

Nah, dari ketersediaan beras sebanyak 43.064 ton, dengan konsumsi beras 9.185 ton, maka terdapat surplus hingga 33.879 ton.

Kepada Radar Bogor, Sumanta (45) warga Desa Sirnarasa, Kecamatan Tanjungsari, me­ngaku tak kesulitan saat harga beras merangkak naik. Justru, pada musim panen saat ini dirinya berlimpah beras.

“Warga sini beli beras ke petani langsung, harganya tidak naik. Jadi, tidak ada yang kesulitan beli beras,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, selain lebih murah, warga memilih beli beras dari petani karena kualitasnya tak kalah dengan beras terkenal.
“Kalau dengan Ramos, Pandan Wangi, beras kami masih lebih pulen dan wangi,” sebutnya.

Kondisi itu dibenarkan oleh Kepala UPT PTPH Kecamatan Cariu Tatang Mulyadi. Menu­rutnya, kenaikan harga beras tak berefek besar pada warga Cariu dan Kecamatan Tan­jungsari. Lantaran, warga ma­sih banyak yang mem­pertahankan area sawah­nya serta memperbaiki kuali­tas tanamnya.

“Para petani masih konsisten jaga lahan sawahnya. Dan hikmahnya saat ini, tak ada yang menjerit saat harga beras tinggi. Karena mereka sudah survive,” katanya.

Ke depannya, sambung dia, pemerintah akan terus mem­pertahankan kualitas tanam para petani. Selain itu, pemda juga akan merancang program yang menitikberatkan pada kepentingan para petani.

“Saya sangat bersyukur pa­ra petani mau belajar dan mengikuti program peme­rintah. Karena itu, bantuan seperti pupuk dan lainnya akan berkesinambungan,” kata dia.(azi/c)