25 radar bogor

Tubuh IQ Penuh Luka, KPAI Ungkap Dugaan Kekerasan terhadap Anak

Sofyansyah/Radar Bogor DIAMANKAN: H (berbaju biru) dan putrinya IQ, diamankan polisi dari kediaman mereka ke Mapolres Bogor, Cibinong, kemarin (14/1).
Sofyansyah/Radar Bogor
DIAMANKAN: H (berbaju biru) dan putrinya IQ, diamankan polisi dari kediaman mereka ke Mapolres Bogor, Cibinong, kemarin (14/1).

BOGOR–Warga Perumahan Bogor Lakeside, Cluster Taman Aster Golf dibuat geger. Salah satu rumah di Jalan Aster 3 No­mor 12A, Desa Cimahpar, Keca­matan Sukaraja, itu kemarin didatangi tim Polres Bogor, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan tim dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Tersiar kabar, seorang siswi SMP disekap dan disiksa orang tuanya di dalam rumah.

Tim perlindungan anak lintas wilayah itu mendapat laporan dari masyarakat sekitar. Diduga, si empunya rumah, H (40), menyekap dan kerap melakukan kekerasan kepada anak kandung­nya sendiri, IQ (14) yang masih duduk di bangku SMP, di wilayah Kota Bogor. Dalam pemeriksaan awal, tim menemukan bekas luka seperti paha bengkak, luka di leher, punggung, dan tangan di tubuh IQ.

”Tapi saat diwawancara, anak ini seperti hati-hati bicaranya. Ngakunya mendapat luka karena ulah sendiri. Seperti main basket, garukan, atau cakaran,’’ kata Komisioner KPAI Retno Listyarti kepada Radar Bogor kemarin.

Namun, kata Retno, tangisnya pecah ketika tim dari P2TP2A memancing emosi IQ dengan menanyakan soal pendidikannya. ”Sepanjang menit pertama hingga 15 menit, dia tahan karena sosok yang tegar. Tapi akhirnya terluapkan juga situasi emosional itu,’’ ujar Retno.

Menganalisis keterangan IQ, kata Retno, pemikirannya tergolong sudah matang. Sebab, dari pancingan pertanyaan-pertanyaan emosional, derita yang dialami IQ sangat dalam. Tapi di sisi lain, IQ tak ingin berpisah dengan ibunya.

”Kami berencana mengirim IQ ke rumah aman di P2TP2A atau di rumah perlindungan sosial anak. Tapi, IQ bertahan akan tetap bersama ibunya. Dia sangat dewasa, sangat kuat serta tenang. Dia tidak mengaku mendapat kekerasan dari ibunya,’’ kata Retno lagi.

Komisioner KPAI Susiana Affandy yang melakukan wawancara dengan ibu IQ, H (40), menuturkan bahwa kondisi H terlihat seperti ketakutan dan tertekan. Sebab, ketika ditanyakan hal yang sama, jawabannya berbeda-beda. Namun, Susianah menegaskan bahwa semua ini masih dugaan yang perlu dibuktikan.

”Karenanya, Polres Bogor membawa mereka ke kantor untuk melengkapi keterangan. Apakah benar ada tindak kekerasan atau tidak. Tampaknya, ibu ini sedang tertekan dan stres. Kami hanya mengawasi agar anak ini aman,’’ katanya.

Menurut Susiana, ada cerita janggal yang disampaikan ibu dan anak tersebut. Seperti ketika tim menanyakan perihal suara jeritan perempuan yang sempat didengar tetangga, Sabtu malam kemarin.

Menurut IQ, orang yang teriak-teriak saat itu bukanlah dirinya. Sedangkan dalam wawancara terpisah, sang ibu, H, tanpa ditanya, langsung menjelaskan perihal teriakan tersebut.

”Padahal kami tidak bertanya, tetapi dia sudah mengucapkan itu. Berbeda dengan IQ yang ditanya dulu baru jawab. Tentu kepolisian yang memiliki kewenangan, tapi dari situ kami melihat ada permasalahan,’’ imbuhnya.

Susiana mengungkapkan, di satu sisi dirinya merasa prihatin dengan kejadian ini. Sebab, kekerasan muncul justru dari orang terdekat anak. Dalam hal ini, keluarga. Anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan perlindungan tetapi malah mengalami berbagai kekerasan.

Namun di sisi lain, dirinya mengaku senang, sebab, masyarakat mulai memiliki rasa kepedulian dengan cara melakukan pelaporan. Hal itu justru sangat penting.

Sehingga masyarakat dapat proaktif dan tidak membiarkan hal-hal terkait kekerasan anak. ”Kalau masyarakat terus memiliki kepedulian ini, KPAI optimistis bahwa kekerasan pada anak bisa berkurang,’’ katanya.

Terpisah, salah satu tetangga H, Vefty Ramadhan (34) menuturkan jika keluarga terduga pelaku jarang bersosialisasi. Vefty khawatir bocah IQ depresi, karena sering melihat sang bocah tertawa sendiri.

Vefti juga mengaku sering mendengar teriakan meminta ampun di malam hari.Itu pun diketahuinya setelah asisten rumah tangganya memberi tahu.

”Saya nekat, walaupun itu bukan urusan saya, karena kejadian ini sejak 2017, sebelum Lebaran. Tapi herannya anak itu gak pernah ngomong apa-apa kalau ditanya,” ungkapnya.

Ketika mendengar suara tangisan dari dalam rumah pun, Vefty langsung melapor pada sekuriti perumahan. ”Saya juga pernah melapor ke komandan satpamnya, minta dicek ke dalam. Saya khawatir takut kenapa-kenapa,” ungkapnya kepada pewarta.

Sedangkan menurut seorang pembantu rumah tangga di sekitar kompleks, Suryani (28), malam sebelumnya terdengar suara seperti tangisan dari rumah H. ”Kamar saya kan di depan. Dan kalau ada teriakan tengah malam suka dengar. Ampun..ampun…,’’ tuturnya.

Di lokasi yang sama, Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Bimantoro mengaku belum bisa memberikan keterangan lengkap. Polisi masih membutuhkan waktu untuk memeriksa orang tua dan anak tersebut ke Mapolres Bogor, termasuk melakukan visum di rumah sakit.

”Mungkin baru besok kami bisa kasih keterangan. Saat ini, mengenai kejadian yang menimpa IQ hanya pihak KPAI yang bisa menjelaskan,’’ pungkasnya.(rp2/cr2/don/d)