CIBINONG–Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat telah mengalokasikan anggaran lagi untuk perbaikan jalan di Kecamatan Parungpanjang.
Hal itu menjadi harapan bagi masyarakat yang setiap hari merasakan jalan rusak dan berdebu. ”Informasinya sekitar Rp40 miliar. Proyek perbaikan Jalan Parungpanjang saat ini dalam persiapan lelang di Jabar,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Bogor Yani Hassan kepada Radar Bogor, kemarin (14/1).
Ia mengatakan, jalan yang akan diperbaiki tersebut tak lagi menggunakan aspal. Tetapi betonisasi. ”Kerusakan itu salah satu penyebabnya beban kendaraan yang melintas melampaui batas tonase yang ditetapkan,” tuturnya.
Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Ade Senjaya menuturkan, jalan di wilayah utara seperti Kecamatan Rumpin, Parungpanjang, dan Gunung Sindur, perlu diproteksi.
Salah satunya, dengan mengeluarkan larangan bagi truk pengangkut tambang melintas. ”Percuma ketika diperbaiki tetapi truk berukuran besar dan tonasenya di atas 20 ton tetap lewat,” tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tahun ini DPRD, DPUPR, dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor segera membahas rancangan peraturan daerah (raperda) kelas jalan.
Sehingga, jalan yang dibangun menggunakan APBD ini umur teknisnya bisa lebih lama. “Perda nanti akan menjadi payung hukum untuk melarang kendaraan di atas 15 ton melintas. Penerapannya memang tidak mudah, tetapi harus dicoba dalam rangka menyelamatkan aset-aset dari kerusakan,” tegasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, perbaikan Jalan Parungpanjang menjadi prioritas di tahun ini. Hal itu lantaran banyaknya masyarakat yang mengeluhkan terkait kondisinya. “Saya sudah instruksikan agar proyek tersebut segera dilelangkan,” katanya.
Ia menyebut, permasalahan di Parungpanjang ini sudah menjadi permasalahan yang berlarut-larut. Aher mengakui, Pemprov Jawa Barat sudah mengeluarkan anggaran ratusan miliar untuk memperbaiki jalan tersebut, namun umurnya tidak tahan lama karena menjadi lintasan truk pengangkut galian tambang.
”Delapan bulan ancur lagi karena tidak terkontrol, muatannya terlalu berat,” pungkasnya.(rp2/c)