25 radar bogor

Pedagang: Beras Bulog gak Laku

Ilustrasi beras
Ilustrasi beras

BOGOR–Melonjaknya harga beras di pasaran membuat pedagang dilema. Di satu sisi mereka dipaksa menjual beras Bulog untuk mengantisipasi kelangkaan, konsumen ogah membeli beras Bulog lantaran kualitas yang dinilai buruk.

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa hari terakhir harga beras naik Rp500 hingga Rp600 per kilogram. Kenaikan itu terjadi sejak pekan lalu pada semua jenis beras.

Jika normalnya beras biasa Rp7.500 per kg, kini menjadi Rp8.000 per kg. Begitu pula dengan sejumlah merek beras medium, yang sebelumnya Rp8.500 menjadi Rp9.000 hingga Rp10 ribu. ”Kalau beras premium sebelumnya Rp10 ribu naik menjadi Rp11 ribu,’’ ujar Irawan, pemilik grosir beras Dewi Sri di Pasar Bogor.

Sebagai solusi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor meminta Bulog memasok beras ke sejumlah pasar. Pasokan beras Bulog diutamakan masuk ke pasar-pasar induk untuk menjaga stabilitas pasokan. Tapi, menurut pedagang, konsumen ogah membeli beras Bulog yang mahal dengan kualitas di bawah beras premium.

”Kami disuruh jual beras Bulog Rp9.450. Jangankan segitu, dijual lebih murah juga tidak laku. Beras Bulog itu bau, pembeli gak mau. Saya pribadi pernah masak dan dicampur beras biasa, tetap saja tidak bisa dimakan,’’ keluh seorang pedagang di Pasar Bogor, Ade Rosida (63).

Kadisperindag Kota Bogor, Achsin Prasetyo, menyebut pasokan beras Bulog adalah untuk menekan harga beras di pasaran. Dia berharap, sesuai hukum pasar, ketika suplai barang melimpah, harga akan kembali normal bahkan cenderung turun.

”Kami akan terus mengawasi harga beras di pasaran. Juga terus berkoordinasi dengan pihak Bulog. Memang pasokan beras medium hingga saat ini masih normal,’’ ujarnya.

Kenaikan harga beras di pasaran Kota dan Kabupaten Bogor telah melewati harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan, yakni Rp9.450 untuk beras medium dan Rp12.800 untuk beras premium. Kondisi ini dikhawatirkan memunculkan aksi oknum pedagang mengoplos beras.

Perlu diketahui, beras medium merupakan jenis beras yang memiliki spesifikasi derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen, dan butir patah maksimal 25 persen. Sedangkan untuk beras premium, butir patah maksimal 15 persen. Jika butir patah di atas ambang batas, ada ke­mungkinan itu beras oplosan.

Menghindari itu, Kepala Disperdagin Kabupaten Bogor Dace Supriyadi berjanji akan menggelar operasi pasar. Ia berharap permainan nakal tersebut tak ditemukan di pasaran Bogor.

Kasi Pengadaan dan Penyaluran pada Disperdagin Kabupaten Bogor, Lavi menambahkan, jika harga masih di atas HET, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/SD/1/2018 tanggal 5 Januari 2018, harus dilakukan operasi pasar bersama dengan Bulog. “Dalam aturan sudah dijelaskan bahwa adanya HET untuk menjaga stabilitas dan kepastian serta keterjangkauan harga beras di konsumen,” tuturnya.

Kekhawatiran adanya aksi mengoplos beras langsung ditindaklanjuti sejumlah muspika di Kabupaten Bogor. Salah satunya, Polsek Cigudeg yang menggelar razia ke pasar untuk memeriksa harga sembako dan dugaan beras oplosan.

”Karena kenaikan harga kerap ber­hubungan dengan per­mainan tengkulak dan pedagang nakal,’’ ujar Kanit Sabhara Polsek Cigudeg, Ipda Suyadi kepada Radar Bogor.

Ipda meminta kepada para pedagang eceran dan masyarakat melaporkan temuan janggal soal kenaikan harga beras yang tidak sewajarnya. ”Setiap hari kami telah menempatkan petugas Pasar Cigudeg untuk mengantisipasi adanya tengkulak atau spekulan,’’ tukasnya.

Di sisi lain, Kabupaten Bogor sebenarnya cukup berkontribusi dalam pasokan beras. Dalam satu tahun, jumlah produksi beras di Kabupaten Bogor men­capai 325,728 ton dari pro­duktivitas 63 persen dan luas panen 70.703 hektare.

Sedangkan luas areal persawahan di Kabupaten Bogor mencapai 46.548 hektare dan jumlah luas tanam 83.889 hektare. Lumbung padi di Kabupaten Bogor ada di wilayah Sukamakmur, Jonggol, Cariu dan Tanjungsari.(rp2/cr2/all/d)