25 radar bogor

Konsumsi Diprediksi Membaik

Ilustrasi
Qodrat/Radar Banten
MEMBAIK: Masyarakat memadati salah satu pusat perbelanjaan. Pada 2018, konsumsi dan daya beli diprediksi membaik.

Tabungan dan konsumsi amat jarang tumbuh bersamaan. Namun, survei terakhir Bank Indonesia (BI) menunjukkan potensi akselerasi di dua perilaku konsumen tersebut.

Pertumbuhan konsumsi merupakan salah satu indikasi perbaikan ekonomi yang cenderung menguat. Konsumsi dan daya beli yang tahun lalu tumbuh melambat diperkirakan membaik tahun ini.

Survei Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada Desember 2017 menyebutkan, indikasi kenaikan konsumsi tecermin dari indeks perkiraan pengeluaran konsumsi rumah tangga hingga tiga bulan mendatang (Maret 2018). Indeks tersebut meningkat 2,9 poin menjadi 158,7.

Indeks eks­pektasi konsumen pun meningkat 2,8 poin menjadi 137,6. Indikasi perbaikan-perbaikan ekonomi di awal 2018 juga terlihat dari indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama atau durable goods, indeks ketersediaan lapangan kerja, indeks kondisi ekonomi saat ini, indeks ekspektasi kegiatan usaha, dan indeks keyakinan konsumen yang seluruhnya meningkat pada akhir tahun lalu.

”Sejalan dengan pertumbuhan usaha dan peningkatan lapangan kerja, responden memperkirakan penghasilan ataupun omzet usaha dalam enam bulan ke depan meningkat,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.

Kenaikan itu tecermin dari indeks ekspektasi penghasilan yang naik, didominasi ekspektasi dari kelompok masyarakat berpengeluaran di atas Rp5 juta per bulan dan berusia 31–40 tahun.

Untuk itu, peluang bisnis ritel masih terbuka lebar seiring ekspektasi konsumen yang membaik. Sejak akhir tahun lalu, indikasi tersebut terlihat dari meningkatnya belanja masyarakat. Khususnya pada perayaan Natal dan tahun baru. Tahun ini pun upah pekerja rata-rata naik 8 persen sehingga daya beli bisa terangkat.

Ke depan pemerintah diharapkan terus memberikan stimulus-stimulus untuk merangsang belanja. ”Stimulus-stimulus seperti bantuan langsung tunai di daerah-daerah, itu sangat terasa pada aktivitas belanja. Maka, jika ditanya apa harapan supaya ritel bangkit, ya pemerintah harus pandai merangsang konsumsi,” kata Ketua Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah.

Sementara itu, indeks perkiraan jumlah tabungan dalam enam bulan mendatang juga naik 2,9 poin menjadi 119,9. Preferensi bentuk penempatan kelebihan pendapatan masyarakat dalam kurun waktu 12 bulan mendatang didominasi investasi instrumen perbankan.

Sebanyak 49 persen responden survei mengaku akan menaruh dananya di tabungan maupun deposito. Sedangkan sisanya akan memilih menaruh dananya di properti, emas, maupun perhiasan. Namun, di tengah indikasi peningkatan simpanan maupun investasi, utang masyarakat diperkirakan menurun. Indeks perkiraan jumlah utang turun 2,9 poin menjadi 154,3.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Maryono mengungkapkan, dari segmen ritel, BTN akan mengandalkan dana murah seperti tabungan dan simpanan berbasis kredit pemilikan rumah (KPR). (rin/agf/c10/sof)