25 radar bogor

Tebar Bantuan ke Penjuru Indonesia

BERBAGI: Lulusan Akabri ’97 menyalurkan bantuan ke Pesantren Salafiyah Lu’lu Al-Islami, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, kemarin (7/1).
BERBAGI: Lulusan Akabri ’97 menyalurkan bantuan ke Pesantren Salafiyah Lu’lu Al-Islami, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, kemarin (7/1).

KEMANG–Meski sudah men­jadi perwira, tak membuat para lulusan Akabri 97 ini lupa diri. Memperingati hari jadinya yang ke-20, mereka getol dengan berbagi ke penjuru negeri. Khu­sus para lulusan yang ber­domisili di Bogor, me­nya­lurkan ban­tuannya ke Pesantren Salafiyah Lu’lu Al-Islami, Ke­ca­matan Kemang, kemarin (7/1).

Koordinator alumni wilayah Bogor, Letkol Pnb RE Kargono yang merupakan alumni dari Angkatan Udara (AU) me­nga­takan, bakti sosial (baksos) ini juga dilaksanakan alumni Akabri ’97 dari Angkatan Laut (AL) serta Angkatan Darat (AD). ”Melakukan baksos di wilayah masing-masing. Satu angkatan itu ada sekitar 900-an dari AD, AL, AU, dan polisi,” jelasnya kepada Radar Bogor usai me­nyalurkan bantuan.

Angkatannya yang memiliki sebutan Akabri Udara Maguwo Sakti 97 ini, memang kian hari anggotanya berkurang lantaran gugur saat berdinas. ”Terakhir, seingat saya, jumlah anggotanya 138 orang,” terangnya.

Adapun bantuan yang disa­lur­kan pada pesantren tersebut antara lain berupa kasur untuk ma­­sing-masing santri, material bangu­nan, hingga uang san­tunan.

Di tempat yang sama, Kepala Pesantren Salafiyah Lu’lu Al-Islami, M Husin Syarifudin menyampaikan terima kasihnya pada alumni Akabri ’97 ini. Bantuan, kata dia, sangat membantu untuk menunjang kehidupan para santri di pesantren yang berlokasi di Kampung Kaum RT 03/06, Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, tersebut. ”Alhamdulillah, beliau-beliau rutin memberikan bantuan di sini,” ujarnya.

Kebetulan, saat ini pihaknya tengah merenovasi bangunan pesantren yang baru memiliki 20 petak kamar. Jumlah santrinya yang mencapai 50 itu dianggap terlalu banyak dengan kondisi kamar yang sekarang.

Husin memang tidak pernah meminta bayaran dari setiap santrinya. Beruntung, bantuan kerap kali datang menghampiri untuk membiayai pem­ba­ngu­nan dan menghidupi santrinya yang mayoritas adalah anak yatim piatu. ”Karena memang tidak ada yang dipungut biaya. Yang penting mau ngaji,” tukasnya.(fik/c)