25 radar bogor

Bima Arya Kembalikan SK Golkar, Ada Salah Ketik, Minta Perbaikan

BOGOR–Kekesalan DPD Golkar Kota Bogor atas Bima Arya yang belum juga berkomunikasi, berbuntut panjang. Elite partai beringin Kota Hujan mengingat­kan Bima untuk tetap menjaga etika meski telah mengantongi surat keputusan (SK) rekomendasi dari DPP Golkar. ”Seharusnya jika peduli, datang hubungin kami, tapi ini tidak,’’ keluh Ketua DPD Golkar Kota Bogor, Tauhid J Tagor, akhir pekan kemarin.

Soal ini, Bima Arya men­jelaskan bahwa ketika reko­mendasi diterima, ternyata ada kesalahan pengetikan nama dirinya dalam surat DPP Golkar tersebut. ”Jadi dibaca, Bima Arya Sigiarto dan Didi Rachim. Salah ketik. Saya ke sekretariat Golkar, saya balikin lagi dan minta tim mengurus. Nama itu tidak boleh satu huruf pun salah,’’ ujarnya.

Meski demikian, ia mengaku sudah berkomunikasi dengan Sekretaris DPD Golkar Kota Bogor, Heri Cahyono dan Ben­dahara DPD Partai Golkar Kota Bogor, Refly, sewaktu masih di DPP Partai Golkar di Jakarta.

”Tapi, ketua (Tauhid J Tagor, red) tidak ada di lantai itu. Saya harus cepat-cepat, izin dengan kang Dedie. Selanjutnya ada pertemuan di Demokrat, PAN, saya sore kontak dengan ketua Pak Tagor tapi beliau sudah di perjalanan menuju Medan,’’ paparnya.

Alahasil, SK yang diberikan DPP Golkar terpaksa dikem­balikan untuk mendapatkan perbaikan. ”Katanya sudah diperbaiki dan ditanda tangan ketua (Airlangga, red). Jadi, nama saja yang salah. Habis ini saya ke Golkar lagi,” ucapnya.

Di sisi lain, sebagai petahana, Bima Arya diimbau waspada. Pengamat politik Yusfitriadi menilai, saat ini Bima terlalu larut dalam euforia elektabilitas tinggi berdasarkan hasil survei.

Bukan tidak mungkin, petahana ”jatuh’’ karena psikologis sedang berada di atas angin. ”Karena selalu berkaca hasil survei, ya, memang pasti memenangkan Bima Arya. Karena dia petahana,’’ ujar Yus –sapaan Yusfitriadi- kepada Radar Bogor kemarin.

Direktur STKIP Muham­madiyah Bogor ini berpendapat bah­wa petahana sangat mungkin ditumbangkan rival politiknya. Terutama pada perebutan basis massa di pinggiran kota. Ini adalah suara penduduk asli Kota Bogor.

”Ini bisa menjadi lumbung suara lawan petahana. Kalau menyasar basis massa tengah kota, sebagian besar penduduknya sudah penduduk urban. Dengan metodologi dan proses kampanye yang kreatif dan inovatif, ya, sangat mudah petahana mendulang suara,’’ kata dia.(ded)