25 radar bogor

Menengok Sarana Pendidikan Kampung Ciguha

CERIA: Murid-murid SDN Ciguha mengikuti mata pelajaran olahraga, kemarin.

 

CERIA: Murid-murid SDN Ciguha mengikuti mata pelajaran olahraga, kemarin.

Putus Sekolah karena Tak Ada SMP dan SMA

Mengubah citra ‘Kampung Gurandil’ bagi masyarakat Kampung Ciguha, Desa ­Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, tidaklah mudah. ­Pembentukan karakter dan sumber daya manusia menjadi kuncinya.

Laporan:Muhamad Arifal Fajar

SAEFUL (7) berjalan me­nyusuri jalanan berbatu di Kampung Ciguha. Kondisi jalur yang terjal tak membuatnya mengeluh. Wajahnya berseri, karena di pagi itu ia dan teman-teman sekelasnya akan bermain sepak bola.

“Sekarang jadwalnya pelajaran olahraga. Setelah ini baru belajar bahasa Indonesia di kelas,” tutur siswa kelas II SDN Ciguha itu kepada Radar Bogor, kemarin (03/01).

Saeful tidak sendiri, ada 85 siswa yang belajar di sana. Mereka adalah penduduk Ciguha yang kerap dicap anak gurandil. Akan tetapi, bukan sebagaimana yang dibayangkan. “Semua memang tinggal di sini,” singkatnya.

Minimnya fasilitas pendidikan di Kampung Ciguha, membuat SDN Ciguha jadi satu-satunya sekolah yang beroperasi. Tidak ada SMP, apalagi SMA. Hal inilah yang membuat stigma ‘Kampung Gurandil’ dan banyaknya anak putus sekolah melekat di sana.

“Padahal minat anak-anak sangat tinggi dalam belajar,” ucap Ahmad (47), salah seorang warga Kampung Ciguha.

Hal itu pun diamini Pengawas Pendidikan Nanggung pada Disdik Kabupaten Bogor Titis Sutisna. Menurutnya, rasa ingin belajar anak-anak Kam­pung Ciguha sangat tinggi. Hanya saja belum terfasilitasi dengan baik. Seperti penam­bahan sekolah dan trans­portasi. “Itu yang menjadi ken­dala,” ucapnya.(*/b)