25 radar bogor

Banco, Bantal Leher Aromaterapi Karya Mahasiswa IPB

PRESTASI: Ide membuat bantal leher dari limbah sabut kelapa membawa Izzar Aarisyad bersama Ridho Aaraasy meraih juara tiga dalam ajang Koperasi Mahasiswa (Kopma) Fair.
PRESTASI: Ide membuat bantal leher dari limbah sabut kelapa membawa Izzar Aarisyad bersama Ridho Aaraasy meraih juara tiga dalam ajang Koperasi Mahasiswa (Kopma) Fair.

Bantal leher hampir menjadi barang yang wajib dibawa ketika bepergian jauh. Apalagi saat naik pesawat terbang atau kereta yang tidak bisa berhenti sesuka hati. Nah, mahasiswa IPB tergerak untuk membuat bantal leher yang berbeda. Mereka memanfaatkan limbah sabut kelapa sebagai bantal leher aromaterapi.

Laporan: Wilda Wijayanti

Ya, di tangan kreatif Izzar Aarisyad Faatih (Departemen Matematika) dan Ridho Aaraasy (Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan), terciptalah bantal leher bernama Banco. Mereka meman­faatkan limbah sabut kelapa sebagai pengganti kapuk atau kapas dan ditambah dengan minyak atsiri nilam sebagai aromaterapi.

Izzar menjelaskan, penambahan aroma­terapi ini tujuannya untuk mencip­takan kesan rileks saat menggunakan bantal tersebut. “Indonesia mampu menghasilkan limbah sabut kelapa sebanyak 3,3 juta ton per tahun, tetapi baru sekitar 15 per­sen sabut kelapa yang mampu diolah oleh masyarakat. Inilah yang membuat kami mencoba memanfaatkan limbah sabut kelapa,” ujar Izzar.

Menurutnya, sabut kelapa lebih unggul dan tahan lama dibanding dengan kapuk, kapas, atau dacron. Selain itu, aromaterapi yang dihasilkan dari minyak atsiri nilam bisa bertahan selama satu tahun. “Produk ini nantinya akan memberdayakan kelompok wanita sebagai pekerjaan sampingan,” ungkap Izzar.

Dia menjelaskan bahwa Banco memiliki peluang besar untuk diwujudkan menjadi bisnis yang sebenarnya. Dengan segmentasi pasar yang cukup mendukung, yaitu para pengen­dara roda empat dan orang-orang yang melakukan perjala­nan jauh.

Selain itu, bahan bakunya murah serta mudah ditemu­kan. “Rencananya produk ini dijual seharga Rp50 ribu–Rp80 ribu dengan keuntu­ngan sebesar 15-85 persen per unit, dan sudah termasuk dana sosial sebesar 2,5 persen,” terangnya.

Harapan Izzar dan Ridho da­lam pengembangan desain sociopreneur ini adalah tum­buh­nya kesadaran untuk mengelola limbah-limbah yang tidak berharga ini menjadi produk bernilai jual tinggi. Serta mampu melihat potensi sumber daya alam dengan meman­faatkan kearifan lokal dan menggunakan produk yang ramah lingku­ngan.

”Alhamdu­lillah, pada acara Koperasi Mahasiswa (Kopma) Fair di Universitas Hasanudin Makassar Desember lalu, Banco meraih juara 3 esai nasional,” tuturnya.

Izzar menambahkan, kom­petisi ini diikuti oleh perguruan tinggi ternama di Indonesia, di antara­nya Universitas Gajah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Negeri Semarang.

Keduanya berencana akan mewujudkan Banco menjadi bisnis sosial. “Tapi, kami butuh waktu. Sekarang kami sedang fokus pada perkembangan desainnya,” pungkasnya.(*/c)